Beberapa bulan yang lalu aku berdiskusi dengan seorang sahabat. Kami cukup intens membahas tentang konsep kebahagiaan.
Sahabat bertanya, "Menurut kamu bahagia itu seperti apa?"
Sebuah pertanyaan sederhana yang sulit dijawab dengan mudah (hehe...)
Untungnya aku tidak kehabisan bahan cuy... karena sebelumnya pernah mempelajari hmmm.. bisa dibilang prinsip hidup, bisa juga dikatakan sebuah ideologi atau filosofi hidup. Tapi yang aku senang dari ideologi ini adalah dia sangat fleksibel, tidak bertentangan dengan ideologi lain dan sangat relevan hingga zaman sekarang.
Bahasa kerennya disebut dengan Filosofi Stoicism. Kita belajar sejarah bentar yaa.. mas bro biar makin yahud menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti diatas (haha...)
Stoicism pertama kali dilahirkan oleh seorang bernama Zeno of Citium sekitar 262 SM pada masa hellenistik ketika mulai meluasnya kerajaan Romawi. Ada tiga tokoh utama yang saat itu memberikan andil besar terhadap kepopuleran filosofi stoicism yaitu Marcus Aurelius seorang raja tertinggi dari kekaisaran Romawi. Seneca seorang penasihat kekaisaran dan tokoh politik. Epictetus seorang yang menjadi budak selama hidupnya.
Tuhan (dalam wujud dan bentuk apapun) selalu sayang dan perhatian pada setiap manusia.
Hidup dalam kebijaksanaan atau kebajikan sangat penting bagi kebahagiaan kita.
Alam semesta bekerja dan bergerak dalam sebuah harmoni, oleh karena itu hidup harmonis bersama alam diperlukan untuk menciptakan kebahagiaan.
Segala sesuatu entah itu baik ataupun buruk pasti terjadi karena sudah diatur oleh sebuah kekuatan besar yang meliputi segala alam semesta.
Keempat hal diatas kalau kita perhatikan mencakup semua aspek kehidupan mulai dari individual, moral, sosial hingga spiritual. Aspek spiritual diwakili oleh keyakinan bahwa Tuhan atau Sang Pencipta atau apapun kamu menyebutnya selalu mencintai, menyayangi dan memperhatikan semua makhluk ciptaan NYA. Maka segala hal yang terjadi dalam hidup kita adalah wujud rasa sayang dan cinta itu.
Kalau sudah begitu, maka sama sekali tidak ada keraguan bagi kita untuk mempertanyakan keputusan NYA. Tugas kita sebagai manusia adalah memilih jalan hidup yang baik dan menikmati perjalanan.Â
Eiitts.. tapi jangan salah, dengan keyakinan itu bukan berarti kita pasrah terus nggak melakukan apa-apa. Aspek moral ini berfungsi sebagai pedoman bagi manusia untuk memaknai kehidupan. Seperti Marcus Aurelius pernah bilang bahwa kebahagiaan itu tergantung dari kualitas pikiran-pikiran kita. Oleh karena itu memberikan makna terhadap kesedihan atau kebahagiaan, kegagalan atau keberhasilan penting bagi kita.
Itulah mengapa prinsip stoic memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Aspek moral ini tentu harus diimbangi dengan aspek sosial, individual dan sosialnya. Hidup harmonis bersama alam merupakan aspek individual yang diajarkan oleh prinsip stoic.Â
Bagaimana caranya hidup harmonis bersama alam?