Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Realitas Ilusi Vs Penjara Pikiran

30 Agustus 2020   00:27 Diperbarui: 30 Agustus 2020   16:33 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Realita dan ilusi (Sumber: psychologytoday.com)

Sedih, kecewa, marah, takut dan sakit hati apakah mereka nyata?

Suka, cinta, senang dan bahagia bagaimanakah bentuknya?

Di mana juga letaknya? Mengapa ketika datang pengaruhnya luar biasa untuk kita

Mereka bisa membuat tersenyum, menangis, tertawa bahkan terluka? 

Apakah mereka adalah sebuah realitas ataukah hanya ilusi belaka?

Manusia adalah makhluk yang sangat unik. Makhluk dengan bermacam kompleksitas yang seolah tak pernah habis untuk dipelajari.

Tubuh manusia terdiri atas 50 triliun ton sel. Masing-masing sel adalah sebuah entitas hidup. Jadi seorang manusia bukanlah sebagai pribadi yang berdiri sendiri, melainkan sebuah komunitas sel-sel hidup yang berkumpul.

Setiap sel hidup memiliki dua arus (postif dan negatif). Selayaknya baterai, setiap sel mengandung arus listrik sebesar 1.4 volt. Jika total sel tubuh adalah 50 triliun dikalikan 1.4 volt, maka disadari atau tidak sekarang ini di dalam tubuh Anda mengandung 70 triliun volt.

Dengan kata lain tubuh Anda memiliki gelombang elektromagnetik yang secara otomatis dihasilkan dari setiap sel-sel hidup yang bergerak.

Inilah yang disebut dengan energi. Sehingga ketika Anda melihat diri sebagai sebuah entitas hidup yang tunggal, sebenarnya Anda hanyalah sebuah gelombang energi yang saling berinteraksi.

Tidak hanya manusia, benda hidup dan benda mati, udara, air, tanah dan semua yang ada pada dasarnya adalah energi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun