Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"I, Tonya", Sebuah Film untuk Harry Kane

19 April 2018   22:51 Diperbarui: 20 April 2018   05:01 2821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari Nylon.com

Pagelaran Oscar 2018 memang sudah lewat. Alhamdulillah, ga ada surprise yang membuat orang marah  dan mengecam tim juri karena tidak memenangkan film kesayangan mereka. Jika di dunia sepakbola sudah akrab dengan "drama", maka dunia perfilman jelas akan lebih akrab dengan "drama" yang menyelimutinya. Lah wong, drama itu salah satu genre dari film. 

Memang, Shape of Water layak menang. Kasian juga membayangkan Guilerme Del Toro yang sudah lama menanti untuk mengucapkan seribu terimakasih dalam pidato diatas podium kemenangan. Sekali lagi, saya akui Shape of Water film yang kece, dan menciptakan nuansa tersendiri dalam memandang sebuah Alien. That kind of creatures terkadang layak untuk dicintai.

Terlepas dari sorotan media yang menjagokan pilihannya masing-masing, ada satu film yang sangat saya sayangkan lepas dari nominasi "Best Pictures" tahun ini. Judulnya: I, Tonya.Yup, saya yakin sebagian dari anda sudah pernah dengar, dan sebagian dari anda (penonton dan penikmat film yang tidak berusaha mengingat nama pemainnya) langsung berkata: "Oh, film yang pemainnya si Harley Queen!". 

Yup, 100 untuk anda. By the way, namanya Margot Robbie. Asli Australia, dan hebatnya dia bisa main keren di film ini dan yang terpenting keluar dari bayang-bayang tambatan hati The Joker si Suicide Squad. Efeknya, Margot Robbie dalam Oscar kali ini diganjar nominasi Aktris Terbaik. Namun sayangnya, jatuh ke tangan Frances McDormand. Its okay, you still a winner for me!

Jangan sampai salah, kali ini yang akan saya bahas bukan betapa cantik dan ciamiknya Margot Robbie, namun lebih kepada betapa "kerennya" cerita, makna, dan pesan dalam film I, Tonya yang dibintanginya. Secara garis besar, film ini bergenre drama dalam balutan tema olahraga. Settingnya adalah tahun 1980an akhir hingga tahun 1990an awal. 

Momen dimana AC Milan lewat trio Belandanya sangat ditakuti, terlebih oleh Manchaster City yang kala itu masih menjadi tim sekelas Crystal Pallace. I, Tonya sendiri merupakan film biopik dari perjalanan Tonya Harding, seorang pemain olahraga Ice Skating asal Amerika Serikat. Apa yang membuat cerita Tonya hebat, sehingga layak dijadikan film?

Beragam alasan coba dijelaskan selama kurang lebih 120 menit film ini berjalan. Tonya sendiri (dalam wawancara aslinya) mengakui bahwa ia menjadi terkenal karena ia adalah wanita pertama asal Amerika Serikat  yang mampu melakukan Triple Axes dalam sebuah kejuaraan Ice Skating. Apa sih itu Triple Axes? Gambarannya adalah sebuah loncatan indah yang berputar-putar dan terlihat sangat susah. 

Berhubung saya bukan pemain Ice Skating (main sekali di mall Taman Anggrek, langsung trauma), jadi saya tidak bisa menjelaskan sedetail-detailnya mengenai gerakan tersebut. Intinya sebuah gerakan yang luar biasa susah! Hmm..jika dianalogikan dalam sepakbola, ibarat melakukan banana free kick (yang menjadi legenda) ala Roberto Carlos ke gawang Fabian Barthez pada tahun 1997.

Namun, ternyata bukan "gerakan susah" itu yang menjadi jawaban Tonya Harding bisa sangat populer, sampai-sampai Craig Gillespie sang sutradara rela mengangkat perjalanan hidup ini menjadi sebuah film berkelas festival. Jawabannya adalah sisi egois dirinya yang rela menempuh jalan apapun agar bisa masuk Olimpiade Musim Dingin 1994. 

Cara yang ditempuh memang berliku. Dia mati-matian berlatih dan mengikuti semua kejuaraan, namun dia juga tidak mengatakan "tidak" ketika suaminya,  Jeff Gillooly membisiki cara lain agar Tonya pasti bakal tampil di kejuaraan yang didambakan Tonya dari umur 3 tahun. Sebuah cara yang cukup sadis yang kelak akan mengakhiri karir Tonya harding dalam dunia olahraga Ice Skating.

Jeff Gillooly, sang suami yang tidak kalah gilanya dengan Ibu kandung Tonya, menawarkan ide untuk meneror pesaing utama Tonya di Amerika, seorang atlet Ice Skating juga yang sudah lama berbagi gelar dengan Tonya. Sehingga tidak akan ada rasa takut kalau komite Ice Skating Amerika akan memilih Nancy Kerrigan dibandingkan Tonya untuk mewakili Amerik Serikat. Cara pintas ditempuh, yang akhirnya Nancy Kerrigan dilukai dibagian kaki oleh "orang suruhan" Jeff Gillooly, sehingga peluang Nancy untuk tampil di Olimpiade sirna, dan jalan Tonya semakin mulus. "Kecelakaan" ini berubah menjadi sebuah kasus persaingan olahraga yang cukup populer kala itu di Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun