Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKS Mestinya Meniru Golkar dalam Pembinaan Kader

19 Mei 2016   10:45 Diperbarui: 19 Mei 2016   10:56 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                           JPNN.com

Inilah beda nasib antara Setya Novanto dengan Fachri Hamzah terkait karier politik.  Kata kuncinya adalah soal pembinaan Kader.  Golkar menganggap setiap kader adalah asset partai, dia harus di bina seoptimal mungkin sampai pada tataran jenjang karier politik.  Kalaupun ada salah salah sedikit dalam perjalanan di legislatif maka Pimpinan Golkar melihatnya sebagai satu proses pendewasaan.

Mungkin pola pembinaan inilah yang perlu di tiru oleh PKS. Bisa jadi PKS mempunyai sistem pembinaan kader yang agak keras, dimana ketika ada kader yang salah dianggap final harus dihukum.  Bukan sembarang hukuman, malah di lengserkan dari jabatan di DPR malah di pecat dari keanggotaan partai.

Golkar melihat Setya Novanto sebagai kader yang telah puluhan tahun mengabdi.  Di internal partai Setnov adalah asset bahkan pahlawan yang   tetap dipertahankan karena memiliki kekuatan luar biasa yang harus di manfaatkan.  Buktinya setelah melewati prahara politik papa minta saham, ternyata di sisi pandangan kader Golkar lainnya sosok Setnov masih pantas di beri jabatan Ketua Partai Golkar.

Golkar memang partai tua,  Liku liku perjalanan ber politik sangat sarat dengan perjuangan.  Golkar identik dengan kekuasaan,  artinya Golkar selalu bersama pemerintah berkuasa.  Hanya sebentar saja di pemerintahan Jokowi menjadi oposisi.  namun karena memang habibat Partai berlambang Beringin dekat dengan kekuasaan maka Golkar kembali merapat ke Jokowi.  Itulah politik, banyak jalan menuju ke roma.

Lain lagi dengan PKS.  Sebenarnya  agak malu malu kucing ingin merapat ke  istana. Kekuasaan itu memang menggiurkan, oleh karena itu partai harus di bersihkan dulu dari tingkah kader kader yang nyeleneh melawan pemerintah berkuasa.   Dan Fachri nampaknya jadi korban.  Hanya saja hukuman untuk Fachri terkalu berat, sehingga dia tidak terima dan akhirnya melawan lewat jalur hukum.

Awak tak hendak membela Fachri, namun dari sisi pendekatan politik seharusnya ada sisi sisi positif atas keberadaan Fachri di kancah politik nasional.  Kenapa juga Fachri yang di tunjuk menjadi Wakil Ketua DPR kalau kader PKS lain dianggap belum pantas menduduki jabatan prestise itu.  Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, Inilah pembelajaran politik super mahal bagi PKS yang gagal dalam pembinaan kader di lihat dari pendekatan bahwa kader adalah asset partai.

Point yang ingin saya sampaikan disini, bahwa politik itu sangat dinamis. Ada kepentingan besar yang harus di menangkan dari pada melihat track record seorang kader.  Inilah keputusan cerdikGolkar. Tinggal bagaimana nanti Setnov introspeksi diri  masih di beri kesempatan mulia untuk menunjukkan bahwa pantas Beliau menduduki posisi tertinggi di Golkar. Setnov menjadi nakhoda membawa kapal besar tua Golkar dalam kancah politik nasional yang mudah mudahan tidak lupa dengan visi misi kenapa partai ini didirikan oleh para pendahulu. 

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun