Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Habis Karangan Bunga dan Lilin, Terbitlah Pot Kembang

3 Mei 2017   20:33 Diperbarui: 3 Mei 2017   21:13 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                         sumber : detiknews.com

Balaikota menjadi pusat perhatian masyarakat.  Perhatian bukan saja datang dari dalam negeri, melalui pemberitaan negeri luar sana Kantor Gubernur Jakarta pun menjadi pusat perhatian.  Pasalnya pasca Pilkada banyak peristiwa budaya terjadi di Jakarta.  Saya lebih suka menyebutnya sebagai kejadian luar biasa mengingat dalam perjalanan sejarah Balaikota baru kali ini  ada karangan bunga sebanyak itu.

Tidak elok menyebut peristiwa itu dari pendekatan politik, bisa runyam bersebab ada saja yang suka atau tidak suka.  Oleh karena itu menjadi bijak apabila pendekatan dipakai dari sisi sosial budaya.  Walaupun tidak bisa dipungkiri semua kejadian beruntun itu berawal dari gemuruh persaingan di bidang politik.  Agak asyik juga memperhatikan tingkah pola warga Jakarta akhir akhir ini terkait saling berbalas pernyataan di media sosial.

Baiklah karangan bunga sudah tiba di Balaikota.  Tidak usyahlah dibahas dari mana datangnya dan siapa pengirim.  Justru  menarik di tinjau  makna dari rangkaian bunga kepada Ahok.   Ada rasa penasaran diselimuti rasa kecewa kenapa Ahok kalah dalam Pilkada Jakarta.   Rasa kecewa pendukung muncul seketika sewaktu perolehan suara tidak sesuai dengan harapan.  Anggapan pendukung seharusnya Ahok Djarot menang berdasarkan perkiraan beberapa lembaga survey.

Tentu saja banyak komentar berseliweran di media sosial.  Ada nada sumbang dan ada pula warga yang  menganggap biasa saja.  Artinya wajarlah pedukung yang kecewa mengirimkan karangan bunga sebagai wujud kebersamaan atau juga solidaritas untuk Ahok. Luar biasa memang dalam catatan jumlah karangan bunga ini  melebih jumlah yang diterima pada cara pernikahan misalnya.  Bisa jadi ada arus ikut ikutan dari para pendukung setelah entah siapa mempunyai ide kreatif  memulai mengirim karangan bunga tersebut.

Karangan bunga adalah symbol  ungkapan hati seseorang, bisa saja disana tertulis pesan khusus sebagai bentuk kebersamaan bahwa kita masih memberikan perhatian kepada anda.  Karangan bunga tentu saja bersegera disingkirkan oleh petugas selepas upacara usai.  Lihat saja ketika resepsi perkawinan bubar maka rangkaian bunga itu setelah di dokumentasi segera diangkut.  Diangkut karena tugas makhluk itu telah selesai dan siap di buang ke tempat sampah.

Bisa jadi tidak dapat disalahkan ketika kaum buruh ikut membersihkan karangan bunga yang memenuhi halaman Balaikota sampai ke kawasan monas. Seharusnya kepala rumah tangga Balaikota segera saja memindahkan ribuan karangan bunga ketempat lain, bukankah pesan sudah dilihat Pak Ahok.  Itulah masalahnya apabila cara membakar karangan bunga ditinjau dari sisi budaya tentu bisa diterima akal.

Ibarat berbalas pantun setelah karangan bunga tamat maka timbul begitu banyak rombongan para pendukung datang ke balaikota. Tujuannnya ingin bertemu Pak Ahok sembari salamandan berfoto.  Gejala apa pula ini, namun biarlah segala sesuatu itu apabila ada yang memulai ide kreatif tentu  warga pendukung lainnya cendrung mengikuti.  Medsos ribut lagi ketika ada lilin lilin di tengah malam dekat balaikota.  Saya tertegun menyaksikan runtutan peristiwa budaya ini.  Terpikir kapan selesainya saling berbalas tabiat  terpusat di balaikota.

Terakhir Balaikota kedatangan pot kembang.  Wah ide ini unit dan lebih permanent.  Inspirasi pendukung Ahok boleh juga setelah belajar menjadi lebih cerdas ketika karangan bunag hanya berumur harian.  Lilin juga cape memeganggnya apalagi sinarnya juga tidak bertahan lama.  Maka kembang  menjadi solusi patent  selain terkait pelestarian alam dalam lingkup penghijauan juga memiliki estetika keindahan.  Mudah mudahan pot bunga itu diperuntukkan bukan kepada Ahok saja bersebab Bapak Gubernur baru akan hadir 5 bulan kemudian.  Apakah nanti pot bunga itu akan dipindahkan seiring kepergian Ahok ketempat tugas baru. kita lihat saja.    

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun