Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Cerpen] Mudik Oh Pulang Kampung

6 Mei 2021   06:35 Diperbarui: 6 Mei 2021   07:58 3309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulang Kampung - Sumber: cikimm.com

Menurut Mister Mukidi Mudik dan Pulang Kampong apabila dilihat dari tujuan geografis memiliki makna sama.  Namun ketika dilakukan pendekatan waktu maka timbul perbedaan.  Mudik spesial ketika tiba hari menjelang Lebaran Idul fitri.  Sedangkan pulan kampong bisa jadi dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan laiknya menikah, keluarga wafat atau rindu suasana pedesaan..

Sebenar bukan juga ribut ribut soal mudik vs pulang kampong namun bersebab pandemi covid  19 persoalan ini menjadi pembahasan nasional. Menyangkut kepentingan orang perantauan terutama karena mudik dianggap sakral, sebuah ritual sungkem mohon doa restu orang tua yang tidak boleh dilalikan dan dilalikan.   Itu saja sih, sehingga Pemerintah berkuasa berkenan hadir mengatur segala sesuatu supaya  angka kesakitan dan angka kematian karena covid 19 bisa dikendalikan  

Opsi wong sekampong kepada Mukidi sederhana saja. Hanya 3 suku kata.  "Jangan Tinggalkan Kami"

Maestro M tersipu malu bercampur sendu. Begitu besar harapan sedulur sekampong  kepada Mukidi agar diikut sertakan ritual mudik. Tahun tahun lalu walau dengan segala keterbatasan,  rombongan mampu mencarter bus.  52 orang menikmati fasilitas gratis plus 3 nasi bungkus selama perjalanan.

Sebagai tokoh lokal Mukidi (Mr M) menjadi andalan sesama perantauan. Tahun 2021 bukan Mr M tidak mampu mencarter bus tetapi larangan mudik dari pemerintah itulah yang menjadi halangan.

Pulang kampong bukan sekedar mudik di musim lebaran tetapi seperti ada kekuatan magis menarik perantau. Rasanya seperti ada yang hilang di sepotong kehidupan ketika tidak melakuakn ritual sungkem ke si Mbok. Hadir ber Hari Raya Idul fitri didesa sungguh satu kebahagiaan tak tergantikan oleh kesenangan apapun .

Campur aduk perasaan Mukidi mamandang karton bertulisan " jangan tinggalkan kami". Karton ungkapan curhat   itu diletakkan di depan rumah. Sebegitu  besar harapan teman, tampaknya inilah asa  terakhir mereka bisa mudik dipimpin Mr M.

Sebenarnya seperti sudah diniatkan dan tertulis di proposal mudik,  Mukidi diam diam mau jalan sendiri. Jalan kaki adalah pilihan utama setelah menggunakan analisa Kekepan (SWOT) ditambah pengamatan intelijen.

Namun apa lacur rencana tersebut bocor. Teman sekampong tampaknya tidak peduli mau jalan kaki keq mau ngesot pokoknya mudik dibawah pimpinan komando komandan Mr M.

Mukidi pusing tujuh keliling mencari solusi. Satu hal pasti dia tidak tega.  Jangan oh jangan  sampai  mengecewakan teman sekampong seperjuangan diperantauan ibukota.

Sementara itu beberapa modus sukses mudik di terimanya atas budi baik mbah gugel.  Ada perantau naik angkot dari satu kota ke kita lain. Syaratnya tidak membawa koper besar dan bawaan oleh oleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun