Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Banjir Jilid Dua Tahun 2020

25 Februari 2020   18:22 Diperbarui: 26 Februari 2020   06:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Thamrin Dahlan 

Pengalaman banjir jilid satu awal tahun 2020 membuat keluarga kami lebih siap. Siap siaga ketika bada subuh Selasa 25 Februari air mulai masuk kedalam rumah. 

Awak teringat kiriman nasehat dari salah seorang sobat dunia maya. Kalimat bijak itu berbunyi "anda tidak bisa mengendalikan apa apa yang di luar kekuasaan namun anda bisa dan mampu mengendalikan diri sendiri" 

Makna sejati dari ungkapan itu adalah kita tidak bisa mengubah keadaan di luar kekuasaan seperti bencana alam namun kita mampu mengendalikan diri bagaimana secara sabar dan ikhlas menerima musiabh tersebut. Dengan demikian kita lebih tenang menghadapi seberat apapun tanpa berresiko kondisi menjadi lebih buruk

banjir4-5e55a67fd541df16734bbee2.jpg
banjir4-5e55a67fd541df16734bbee2.jpg
Catatan ini ditulis pukul 06.20 ketika hujan deras sejak dini hari tadi sudah mulai reda. Genangan air dalam rumah setinggi tumit dengan satu doa dan harapan semoga banjir di kawasan BHP tidak semakin tinggi. 

Gotong royong seisi rumah memindah mindahkan barang dan buku ketempat yang aman.   Kami sudah mendapat pelajaran berharga banjir nan lalu. Oleh karena masuk air kedalam rumah tidak bisa ditahan. Kali Cipinang depan rumah meluap. Arus air sangat deras ketika semalaman hujan tidak berhenti. 

banjir2-5e55a69ad541df1c477d7c12.jpg
banjir2-5e55a69ad541df1c477d7c12.jpg
Pukul 05.00 air baru sampai di pagar tiba tiba hujan deras lagi. Menghalangi air dengan cara meletakkan handuk di bawah pintu depan rumah agak menolong sedikit. Terutama air bisa tertahan walau tidak maksimal karena terjangan air siapa bisa lawan. Tetapi paling tidak handuk handuk itu sudah menghambat kotoran masuk kerumah. 

Dengan demikian nanti ketika bersih bersih tidak terlalu repot menghalau kotoran minus lumpur. Sabtu lalu sebenarnya awak sudah melihat bagaimana cara dr Zulkifli Amin  "menghadang air" agar tidak masuk kedalam rumah. Setelah acara coffee morning di Masjid Baiturrahman awak diundang kerumah Beliau. Ternyata di halaman rumah sudah tersedia cukup banyak karung karung pasir. Ukuran besaran karung beragam disesuaikan dimana akan diletakkan. Alhamdulillah air bisa dihambat walau rembesan kecil tetap masih ada.

 Itulah yang terpikir sekarang. Insyaa Allah rencana segera di eksekusi. Jangan ditunda tunda lagi  membeli karung pasir guna men "dam" sekililing pintu masuk sang air. Kini kami sekeluarga berempat masih "ngungsi" di lantai 2. 

banjir1-5e55a6b7d541df46160e8315.jpg
banjir1-5e55a6b7d541df46160e8315.jpg
Untuk sementara jadual kegiatan diluar ditunda dulu. Pasalnya ketinggian air  di jalan depan rumah se paha orang dewasa. Oh ya lampu dipadamkan PLN pukul 05.30. Untung saja ponsel dan power bank posisi full baterai. Jadilah awak menulis catatan ini di dunia maya berkat kekuatan sinyal simcard telkomsel. Thanks

 Jakarta banjir. Itulah Fakta tak terbantahkan. Tak elok pula saling menyalahkan musibah banjir seperti ini katena cuaca super ekstrim. Seperti ungkapan bijak diatas bagaimana kita mampu mengendalikan diri dan mengatasi permasalahan sendiri sehingga beban tidak semakin berat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun