Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelaan Nadiem untuk Seluruh Guru Indonesia

25 November 2019   19:17 Diperbarui: 25 November 2019   19:51 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nadiem menunjukkan kelasnya.  Kalau boleh dibilang gebrakan tidak salah juga. Seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Maju menjadi perhatian khalayak.  Pidato Mendikbud menyambut Hari Guru Nasional 25 November 2019 berlangsung dalam suasana berbeda dengan ritual puluhan tahun lalu.

Kecerdasan Mas Menteri memanfaatkan momentum perayaan Hari Guru Nasional melalui keahlian di bidang IT sungguh luar biasa.  Bukan saja komunitas pendidikan yang melirik kepada pidato itu namun hampir semua warga yang terhubung dengan jaringan internet "terkirim" naskah pidato resmi Mendikbud yang hanya 2 helai itu.

Isi pidato nan penuh makna.  Kemudian di acara puncak malah pidato itu tidak dibacakan paragraf demi paragraf tetapi di tayangkan di layar lebar.  Inilah cara menyampaikan pesan yang terbaik dan kena sasaran.  Biasanya peringatan guru hanya perjalanan sejarah tanpa kesan.  Namun kali ini kesan itu sangat mendalam dan akan menjadi cacatan sejarah bagi seluruh insan guru seluruh Indonesia dan akan dikenang sepanjang zaman. .

Saya sebagai seorang Guru di Perguruan Tinggi belum lagi membahas secara rinci isi pidato tersebut namun dari sisi humaniora gebrakan Nadiem boleh dikatakan berhasil,  Beliau menyadari bahwa sebagai seorang Menteri Muda saat ini kini sedang mengurusi tabiat biirokrasi.  Birokrasi itu sebenarnya elok bila dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.  

Namun ketika di awak i oleh oknum bangkotan yang sudah becokol lama maka revolusi mental lah obatnya.   Perlu dimaklumi jabatan yang merupakanan amanah jangan lagi masih menggunakan istilah kalau bisa di persulit kenapa harus dipermudah.  Bisa jadi itulah keluhan para guru dari daerah terpencil nan jauh datang  tertatih tatih mendatangi gedung besar kementerian untuk sekedar mengurus nasibnya berupa kenaikan pangkat atau urusan lain yang merupakan haknya . Satu kata Sedih Pak Menteri.

Itulah tantangan utama Mas Menteri yaitu me revolusi Mental Birokarasi menjadi kosa kata kalau bisa dipermuduah kenapa harus dipersulit. Kenapa bukan reformasi ? Yes Reformasi tidak akan mempam menghantan pola pikir buruk. Memang berat merubah kelakuan birokrat buruk namun apa boleh buat bila ingin menjadikan kementerian yang mampu menghasilkan anak didik berkarakter maka oknum oknum yang tidak bisa dibina ya terpaksa di binasakan.

Baiklah sekarang kita lihat apa pesan bermakna Mas Menteri.   Secara sekilas dari keseluruhan isi pidato itu adalah pembelaan untuk para guru di seluruh Indonesia. Selaku seorang guru gaek saya merasa mendapat perlindungan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.  Seolah induk yang sudah terlalu lama  hilang kini hadir kembali  dikalangan guru. Bapak nya Bapak  Guru tempat mengadu dan bertumpu itu telah tiba.

Masih dalam pidatonya, Nadiem mengatakan perubahan kecil terus bisa dilakukan dengan cara berikut: 

Mengajak kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar. 

Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas. 

Mencetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun