Tokoh Masyarakat Papua Michael Manufandu mengutarakan bahwa NKRI patut bersykur bahwa di Papua masih berlaku Bahasa Indonesia.  Justru inilah perekat yang sangat kuat sebagai tanda tak terbantahkan bahwa Papua memang bagian terpenting dari Indonesia Raya. Pendekatan Top Down tidak cocok di Papua, menurut beliau Bottom Up  oriented dalam artian aspirasi rakyat yang wajib di penuhi.  Ide / pemikiran memindahkan Ibukota ke Pupua menarik juga untuk dibahas agar negeri indah permai tidak akan pernah terlepas.
Irjen Pol Drs Paulus Waterpauw  mengatakan bahwa bicara tentang Papua sangat berbeda dikaitkan dengan dimensi waktu.  Bicara Papua 10 tahun lalu bahkan 2 tahun lalu sangat berbeda dengan kondisi saat ini.  Terjadi perkembangan luar biasa pesat di bidang pembangunan dan pendidikan terutama di masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Menurut Paulus Waterpaow yang merasa di her ketika penugasan ke 2 sebagai Kapolda Papua, terdapat 4 Â generasi turun menurun di negri cendrawasih. Â Generasi tersebut yaitu
- Generasi Babat Alas tahun 1960Â
- Generasi Kapal Barang tahun 1970
- Generasi Ka[al Putih tahun 1990
- Generasi Garuda tahun 2010
Deskripsi generasi tersebut mengambarkan perubahan Papua dikaitkan dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi. Â Papua pada tahun 1960 terasa sangat jauh sekali, perlu berbulan bulan bisa sampai di Pulau Jawa. Transportasi kapal barang penuh dengan manusia dan logistik serta hewan berbaur semua menempuh samudra antara sampai atau tidak.
Justru yang dikuatirkan saat ini adalah Generasi Garuda.  Menurut Kapolda Papua peristiwa yang terjadi di kota Malang menjadi pemuncak kemarahan dan kekecewaan  generasi muda Papua.  Mereka merasa di persekusi oleh saudaranya sendiri. Saat ini  hanya 95 orang saja  dari 3000 mahasiswa yang bersedia kembali melanjutkan kuliah ke pulau Jawa.  Selainnya masih di Papua dengan pemikiran milenial ditengarai oleh penyebaran informasi melalui internet diantara generasi muda tersebut.Â
Akumulasi kekecewaan mahasiswa tidak boleh dianggap enteng. Apalagi dengan kemajuan komunikasi mereka terhubung secara mudah dan cepat dengan dunia interasional. Dengan demikian aspirasi kekecewaan bisa saja mendapat dukungan dari para pihak yang mempunyai kepentingan terselubung terhadap tanah papua.
Mahasiswa tidak bersedia pulang melanjutkan kuiah  ke Jawa.  Saat ini mereka menyebar di perkampungan dan tentu mempengaruhi pula generasi muda khususnya mahasiswa di perguruan tinggi Propinsi Papua.  Pola pikir "melawan" pemerintah yang syah seperti nya sudah ada di benak mahasiswa akibat trauma yang meletup di Asrama Papua kota Malang.
Tampaknya generasi Papua tidak lagi respek kepada pejabat ketika akan dibangun komunikasi atau dialog.  Mereka jelas menjaga jarak. Apakah sikap  menyiratkan ada resolusi pemisahan dari NKRI  ketika  kepedulian dan sikap pemerintah tetap tidak berubah dari pendekatan keamanan. Trauma Pepera dalam catatan sejarah turun menurun harus diubah kepada pendekatan kesejahteraan. Â
Menanggapi kondisi rawan seperti ini Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Martin Hutabarat mengatakan perlu dilakukan dialog intens dari hati ke hati dan terus menerus untuk merangkul kembali generasi muda Papua.  Sikap Pemerintah Pusat sebaiknya lebih mendahulukan komunikasi 2 arah dengan generasi muda ketimbang melakukan pemekaran wilayah melalui pembentukan Propinsi baru.Â
Pangdam Cendrawasih sekali lagi mengingatkan kepada siapapun dalam pernyataan menggugah hadirin.  Beliau mengatakan jangan anda bicara tentang Papu apabila belum pernah menikmati syedapnya Papeda. Makna yang tersirat dari pernyataan Mayjen TNI Herman siapapun boleh bicara Papua tetapi jangan dari sisi " jauh".  Datanglah ke kesini lihat bagaimanan situasi kondisi rakyat.  Setelah itu silahkan bicara tentang Papua. Tentu pendapat anda akan berbeda.