Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jangan Bicara Papua Kalau Belum Pernah Makan Papeda

13 November 2019   06:46 Diperbarui: 13 November 2019   08:12 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tokoh Masyarakat Papua Michael Manufandu mengutarakan bahwa NKRI patut bersykur bahwa di Papua masih berlaku Bahasa Indonesia.   Justru inilah perekat yang sangat kuat sebagai tanda tak terbantahkan bahwa Papua memang bagian terpenting dari Indonesia Raya. Pendekatan Top Down tidak cocok di Papua, menurut beliau Bottom Up  oriented dalam artian aspirasi rakyat yang wajib di penuhi.  Ide / pemikiran memindahkan Ibukota ke Pupua menarik juga untuk dibahas agar negeri indah permai tidak akan pernah terlepas.

Irjen Pol Drs Paulus Waterpauw   mengatakan bahwa bicara tentang Papua sangat berbeda dikaitkan dengan dimensi waktu.  Bicara Papua 10 tahun lalu bahkan 2 tahun lalu sangat berbeda dengan kondisi saat ini.  Terjadi perkembangan luar biasa pesat di bidang pembangunan dan pendidikan terutama di masa pemerintahan Presiden Jokowi.

Menurut Paulus Waterpaow yang merasa di her ketika penugasan ke 2 sebagai Kapolda Papua, terdapat 4  generasi turun menurun di negri cendrawasih.  Generasi tersebut yaitu

  1. Generasi Babat Alas tahun 1960 
  2. Generasi Kapal Barang tahun 1970
  3. Generasi Ka[al Putih tahun 1990
  4. Generasi Garuda tahun 2010

Deskripsi generasi tersebut mengambarkan perubahan Papua dikaitkan dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi.  Papua pada tahun 1960 terasa sangat jauh sekali, perlu berbulan bulan bisa sampai di Pulau Jawa. Transportasi kapal barang penuh dengan manusia dan logistik serta hewan berbaur semua menempuh samudra antara sampai atau tidak.

Justru yang dikuatirkan saat ini adalah Generasi Garuda.  Menurut Kapolda Papua peristiwa yang terjadi di kota Malang menjadi pemuncak kemarahan dan kekecewaan  generasi muda Papua.  Mereka merasa di persekusi oleh saudaranya sendiri. Saat ini  hanya 95 orang saja  dari 3000 mahasiswa yang bersedia kembali melanjutkan kuliah ke pulau Jawa.  Selainnya masih di Papua dengan pemikiran milenial ditengarai oleh penyebaran informasi melalui internet diantara generasi muda tersebut. 

Akumulasi kekecewaan mahasiswa tidak boleh dianggap enteng. Apalagi dengan kemajuan komunikasi mereka terhubung secara mudah dan cepat dengan dunia interasional. Dengan demikian aspirasi kekecewaan bisa saja mendapat dukungan dari para pihak yang mempunyai kepentingan terselubung terhadap tanah papua.

Mahasiswa tidak bersedia pulang melanjutkan kuiah  ke Jawa.  Saat ini mereka menyebar di perkampungan dan tentu mempengaruhi pula generasi muda khususnya mahasiswa di perguruan tinggi Propinsi Papua.  Pola pikir "melawan" pemerintah yang syah seperti nya sudah ada di benak mahasiswa akibat trauma yang meletup di Asrama Papua kota Malang.

papua2-5dcb3da5097f3659624ad382.jpg
papua2-5dcb3da5097f3659624ad382.jpg
Kondisi seperti ini wajib ditangani pemerintah Pusat dengan serius dan jangan parsial..  Komunikasi di zaman era globalisasi  antar generasi muda Papua sangat cepat menyebar.  Apabila  tidak ditangani secara benar akan berdampak pada situasi dan kondisi keamanan Papua. Kapolda Papua merasakan ada perubahan sikap mahasiswa Papua dengan para pejabat dan senior  yang sama sama berasal dari Papua.

Tampaknya generasi Papua tidak lagi respek kepada pejabat ketika akan dibangun komunikasi atau dialog.  Mereka jelas menjaga jarak. Apakah sikap   menyiratkan ada resolusi pemisahan dari NKRI  ketika  kepedulian dan sikap pemerintah tetap tidak berubah dari pendekatan keamanan. Trauma Pepera dalam catatan sejarah turun menurun harus diubah kepada pendekatan kesejahteraan.  

Menanggapi kondisi rawan seperti ini Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Martin Hutabarat mengatakan perlu dilakukan dialog intens dari hati ke hati dan terus menerus untuk merangkul kembali generasi muda Papua.  Sikap Pemerintah Pusat sebaiknya lebih mendahulukan komunikasi 2 arah dengan generasi muda ketimbang melakukan pemekaran wilayah melalui pembentukan Propinsi baru. 

Pangdam Cendrawasih sekali lagi mengingatkan kepada siapapun dalam pernyataan menggugah hadirin.  Beliau mengatakan jangan anda bicara tentang Papu apabila belum pernah menikmati syedapnya Papeda.  Makna yang tersirat dari pernyataan Mayjen TNI Herman siapapun boleh bicara Papua tetapi jangan dari sisi " jauh".  Datanglah ke kesini lihat bagaimanan situasi kondisi rakyat.  Setelah itu silahkan bicara tentang Papua. Tentu pendapat anda akan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun