Ketika Kekuatan Jari Telunjuk Tidak Berpengaruh Lagi

Kita mulai artikel ini dengan Tausyah Ustazd Abdul Somad (UAS). Tausyah berkaitan dengan jari jemari terutama jari telunjuk.  UAS mengibaratkan jari telunjuk seorang pejabat negara yang memiliki kewenangan sebagai simbol perintah.  Jari telunjuk itu sangat berpengaruh, anak buah tak ada pilihan lain, wajib hukumnya mematuhi perintah atasan.  Rakyat pun bisa juga merasakan kekuatan si jari telunjuk ketika berkaitan dengan pelayanan publik.

Demikianlah hebatnya peranan  sang jari telunjuk. Kemana saja pejabat tersebut pergi beliau bisa perintah sana perintah sini sesuai dengan kewenangan yang melekat pada jabatan. 

Malah sekarang jari telunjuk itu bisa di perpanjang dalam artian diganti tongkat komando. Lihat saja komandan menggunakan tongkat komando menunjuk sana sini yang bermakna perintah. Pejabat sangat berpengaruh maka kekuasaan itu memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Paling tidak melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Ternyata peran jari telunjuk tidak abadi adanya. Setiap pejabat ada masanya setiap masa ada orangnya.   Nah ketika jabatan ditanggalkan karena pensiun misalnya maka jari telunjuk sang tuan tidak berperan lagi. 

Telunjuk dengan sendirinya melemah karena tak ada lagi kekuasaan memerintah.  Itulah sebabnya UAS selalu mengingatkan kepada para pegawai yang sedang menjabat agar menggunakan pengaruh untuk kebaikan atau tepatnya untuk kemaslahatan umat.

Saya sudah merasakan masa pensiun 9 tahun lalu. Jari telunjuk ini tak ada gunanya lagi di kantor lama. Mana pula awak berani perintah orang lain dan siapa pula yang mau diperintah orang yang tidak jelas jabatan.  Inilah perubahan yang harus diterima apa adanya agar tak terserang penyakit post power syndrom.  Alhamdulillah berkat jauh jauh hari telah mempersiapkan mental untuk menerima  pangkat purnawirawan InshaAllah survive.

Sekarang setelah tak punya kewenangan apakah bermakna kehidupan selesai.  Tentu tidak, walaupun jari telunjuk tidak berperan lagi tetapi awak masih punya pena. Itulah penakawan, penasaran dan penasehat yang dijadikan motto dalam kehidupan baru sebagai seorang jurnalis.  

Melalui kegiatan menulis seorang jurnalis bisa meneruskan kepedulian kepada masyarakat.  Sesungguhnya seorang penulis memilki 2 sayap, dia bisa terbang tinggi melalang buana membawa dan menyampaikan berita. Ketika menerima berita maka informasi itu  bukan untuk dirinya sendiri namun melalui tulisan berita itu sampai juga ke pembaca khalayak ramai.

dok.istimewa

Kepedulian ? Ya iyalah, Sebagai warga negara tentu setiap orang memiliki tanggung jawab moral.  Sikap peduli terhadap  apa yang terjadi dilingkungan dan berupaya berperan menjadi bagian dari menyelesaikan persoalan  berkembang.  Tentu saja disesuaikan dengan kemampuan bersebab jari telunjuk tak berpengaruh lagi.  

Hanya saja penyelesaian beberapa masalah terutama persoalan peredaran  narkoba tidak banyak yang bisa dilakukan selain memberikan informasi. Masalah narkoba tetap menjadi kewenangan aparat dalam hal ini Badan Narkotika Nasional (BNN).  Sebagai mantan pegawai BNN tak pelak kami sering dimintakan bantuan masyarakat untuk memecahkan persoalan pelik peredaran narkoba.

Alhamdulillah melalui tulisan tulisan bentuk kepedulian itu bisa menampakkan hasil cukup memuaskan. Terlebih ketika Deputy Pencegahan BNN kerap mengadakan kerja sama dengan Penulis Kompasiana maka distribusi  informasi Pencegahan Narkoba semakin banyak menyebar untuk masyarakat

Pada bulan Ramadhan 1440 Hijriah berlangsung diskusi panjang tentang narkoba  di whats app group Ikatan Warga Lubuk Jantan. Sebagai anggota komunitas awak  merasakan bagimana risaunya orang kampong menghadapi kenyataan peredaran narkoba. Anak anak muda kampong di Lintau Buo Lubuk Jantan Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat sudah menjadi pengguna narkoba.

Seketika terkenang wajah Ibunda Almarhumah Hj. Kamsiah Binti Sutan Mahmod yang dilahirkan dan dibesarkan Lintau Batusangkar.  Pada zaman dahulu orang minang terkenal pandai mengaji dan padek bersilat. 

Para pemuda anak bujang tidak tidur di rumah orang tua, mereka lalok di surau.  Adat istiadat masih sangat kental dan kuat menjalankan syariat Agama Islam.  Namun kini apa yang terjadi, ternyata kampong nan jauh dimato itu kini alah terkena juga kejahatan narkoba.

Tentu saya peduli.  Berjanji kepada sanak saudaro sakampunag akan meyampaikan permasalahan ini ke kawan kawan di BNN.  Merekalah yang memiliki kewenangan, telunjuk mereka masih kuat untuk menuntaskan pemberantasan narkoba di seantero negeri.  Alhamdulillah masa kerja yanng cukup singat (3 tahun) di BNN memberikan akses guna meminta bantuan kekuatan telunjuk teman ketika telunjuk sang pensiunan  tidak berpengaruh lagi.

Beberapa sahabat pernah bertugas di BNN seperti Bapak Irjen Pol (P) Benny J Mamoto mantan Deputy Pemberantasan dan Dr. Kusman mantan Deputy Rehabilitasi berkenan ikut memberikan sumbang saran bagaimana mengatasi peredaran narkoba di kampong kami. Guna lebih mengeffektifkan kerja peduli pemberantasan narkoba kami menggagas satu media komunikasi melalui jalur aplikasi Whats App

Senerji antara petugas yang masih menjabat di BNN dengan para Purnawiranan Polri dalam komunitas WA,  Insha Allah memberikan satu sumbangan positf menunjang keberhasilan P4GN (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba).   

Sejawat yang masih bertugas di BNN antara lain Direktur Pasca Rehabilitasi Brigjen Pol dr Budiyono Mars, Staf Ahli Brigjen Pol ((P) dr Victor Pudjiadi Sp B, Brigjen Pol Teguh Ka BNNP Propinsi NTT, Brigjen Pol Drs Mufti Djusnir, Kombes Pol Drs Sumirat, Kombes Pol Drs. Kuswardani Apt PusLab BNN, dan beberapa personil lainnya.

Sedangkan sejawat yang pernah mengabdi di BNN antara lain Mantan Deputy Rehabilitasi dr Benny Ardjil, BJP( P) dr Eddy Saparwoko SpJ, BJP (P) dr Aidy Rawas, BJP (P) dr Budyo Prasetyo,  BJP (P) drg Agus Gatot, BJP(P) dr Syafrizal. Masih banyak lagi sahabat peduli narkoba yang akan kami ajak bergabung di komunitas ini.  Dengan demikian azas kebermanfaatan dari rasa peduli akan mampu memberikan sumbangan berarti membrantas Narkoba.

Walaupun telunjuk kami  tak berpengaruh lagi tetapi bentuk  rasa peduli itu tetap bisa tersalurkan melalui media komunikasi.  Satu lagi pengganti telunjuk itu adalah doa karena sesungguhnya doa adalah  senjata terampuh orang orang beriman. Amin

Katakan Tidak Pada Narkoba

Jakarta, 12 Juni 2019

Salamsalaman
TD