Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Harga Jengkol Tempino vs Pasar Induk Kramajati

8 Agustus 2018   11:11 Diperbarui: 8 Agustus 2018   12:44 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber : Dokumentasi Koleksi Pribadi

Jengkol kata orang awak adalah daging.  Rasa memang beda dengan rendang namun kelembutan (daging) jengkol ketika disayur dengan daun singkong memang luar biasa lezat. Keluarga  kami semua suka jengkol kecuali Uni Ina, entah bersebab apa si Bundo  Kanduang sibiran tulang tidak suka.  Bisa jadi karena bau (tinggalan)  jengkol ketika sudah melewati mulut, dan kampong tengah alias perut  akhirnya berlabuh di toilet..

 Ya sudahlah, Nikmati saja ketika  jengkol direkayasa menjadi nilai tambah dalam bentuk gulai, disambal, di  tokok menjadi emping atau dilalap mentah tetap saja memberikan  kelezatan luar biasa. Restoran minang tanpa malu malu menawarkan sambal  jengkol kepada para tamu khususnya wisatawan manca negara.

 “ coba  dulu lah tuan, pasti mister like this food “ itulah tawaran si uda  pelayan toko melalui komunikasi bahasa basa basi.  Entah bagaimana kisah  bule makan jengkol belum ada laporan. Diluar itu semua orang  minangkabau  boleh juga bangga karena lagu nasi padang viral di medsos.   Lagu tersebut diciptakan dan dinyanyikan oleh bule yang kesemsem oleh.  nasi bungkus padang. Tentu saja lagu dibawakan dengan bahasa inggris.

 Awal Agustus 2018 awak diperjalankan ke kampong halaman Tempino Jambi.   Kakanda terbaik Uda Buyung Wafat.  Kami saudara sekandung 4 orang  takziah beserta seluruh sanak family dan kerabat.  Rumah keluarga besar  awak diladang woneng 12 sedangkan rumah mertua di bawah pasar Tempino.

 Sebelum kembali ke Jakarta malam senin awak menginap di rumah ibu  Isteri.  Pagi bada subuh terdengar kemenakan Cindy berteriak, “ bang  bang bang sayur kesini” Awak melongok keluar,  terlihat Mertua dan Cindy  sedang menawar harga jengkol dan cabe merah.

 Hanya 2 macam  sayuran yang dibawa Mas Ponadi hari itu. Bermotor roda dua  berkeliling  menjajakan dagangan di sekitar kampong Tmpino.  Dia tinggal di sebelah  kampung Pelempang bernama dusun Nyogan.  Setiap hari membawa sayur dan  buah buahan hasil kebon tetangga yang dikumpulkan dari rumah kerumah.

 “jengkol kalau di kupas hargonyo 20.000 sekilo, tapi yang masih  berkulit 8 ribu bae” demikian anak keturuan jawa ini berbahasa jambi.   Awak tertegun “wah murah banget ya kalau dibanding harga jengkol di  ibukota”  Mas Ponadi ngak mendengar suara awak, karena ungkapan itu  hanya tersirat di dalam hati.  Harga hampir seperempat dalam artian  ketika Istri membeli jengkol di pasar induk kramatjati seharga 80.000  sekilo itupun masih pakai kulit.

 Awak tak tega menawar,  langsung  saja pesan jengkol 3 kg  sudah dikupas.  Ibu Hj Yunidar mertua awak  membelikan pula cabai merah. “ bawalah cabe merah yang bagus bagus ini  untuk Linda dan Eni” Harga cabe Cuma 30,000 sekilo,  jangan tanya harga  di Jakarta pasti lebih mahal.

 Awak pikir kenapa ya harga sayur  sayuran dan buah buahan di desa lebih murah. Bisa jadi jengkol dan  semacamnya menjadi mahal bersebab pindah dari beberapa tangan tengkulak  sebelum sampai ke tangan ibu ibu rumah tangga. “Di kampong kami sayuran  itu diambil dari penduduk  yang punya kebun” kata Ponidi. Si tukang  sayur keliling itu menambahkan “ dari saya langsung ke ibu ibu Tempino”   Dengan demikian jalur transportasi hanya lewat satu tangan sehingga  harga jengkol dan cabe bisa lebih  murah  terjangkau.

 Coba hitung berapa biaya transportasi dari desa ke Jakarta dan biaya komisi tengkulak dari tangan ke tangan
 Ternyata inilah penyebab komoditi  herganya menjadi sangat mahal.   Harga bahan kebutuhan sembako itu bisa naik 4-6 kali lipat.  Itulah  persoalan sebenarnya yang harus ditangani serius oleh  pemerintah  khususnya kementerian terkait berupa kebijakan bagaimana memotong jalur  tengkulak tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun