Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti THR dari Tuhan

7 Juni 2018   09:51 Diperbarui: 7 Juni 2018   09:59 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anissa " Pa,  mana hadiah lebaran untuk kita " .  bertanya kepada ayahnya yang baru  saja pulang dari kantor.  Setelah terkejut sejenak mendengar curahan hati  anaknya, Adrial mengusap kepala Annisa.   " wah, lebaran kan masih seminggu lagi Nissa, nanti juga ada yang mengantar parcel kerumah kita" 

Inilah keluarga Adrizal tinggal di pemukiman padat.  Pemukiman itu bersebelahan dengan perumahan elit yang hanya berbatas tembok.  Namun tembok tinggi dan kuat itu jebol juga di  gerus banjir. Pagar jebol itu menjadi jalan penghubung antara perumahan padat dengan cluster mewah.

Tadi pagi dan juga beberapa hari lalu Anissa dan teman temannya menyaksikan di rumah mewah itu ada mobil bak berhenti. Sang sopir menurunkan beberapa parcel.  Ini hadiah lebaran kiriman untuk tuan rumah yang bekerja sebagai seorang pejabat penting di salah satu kementrian. Mungkin sudah puluhan parcel berbentuk kemasan indah dan besar diantar kerumah sang  pejabat.  Ada hadiah lebaran minuman dan makanan kaleng.  Ada juga parcel yang dibungkus cantik berisikan piring dan peralatan makan lainnya.  Ada pula parcel berisikan buah impor yang sangat besar dililit pita warna warni.

Putri Adrizal satu satunya berusia 7 tahun.  Mereka sudah 3 tahun bermukim di kediaman padat di ujung ibukota. Hafidzhoh ibu Anissa tertunduk dan terharu menyaksikan kesabaran suaminya ketika menjawab pertanyaan tentang parcel.  Istri penghapal Al Qur'an ini tahu benar posisi suaminya di kantor. Adrizal seorang pegawai kecil dengan gaji pas pasan.  Siapa pula yang mau  mengrim parcel kerumah mereka.

Terdengar suara bedug di kampong berdentum. Keluarga kecil ini bersegera membatalkan puasa.  Ada hidangan sederhana di meja.  Kolak dan sirop disediakan Hafidzoh sebagai menu buka puasa hari  itu.   Betapa bahagia dan nikmatnya mencicipi juada setelah seharian menahan lapar.  Tahun ini An Nissa sudah kuat puasa setelah setahun lalu belajar menahan lapar dan haus setengah hari.

Menunaikan ibadah shalat maghrib berjamaah.  Rumah kecil ukuran 36 itu menjadi besar ketika dengan hati lapang sajadah di gelar di ruang depan.   Kursi dan meja sementara digeser sedikit.  Adrizal menjadi imam, terdengar suaranya serak ketika membaca ayat suci di rakaat ke dua. Kedua suami istri ini agak terganggu mendengar pertanyaan Anissa tadi sore.  Bagaimana menjelaskan bahwa parcel itu bukan miliknya orang miskin seperti keluarga mereka.

Hafizdhoh terdiam disaat sahur.  Pikirannya masih berputar sekitar parcel. Anissa belum mereka bangunkan, nanti 30 menit menjelang imsak, anak semata wayang itu di ingatkan untuk sahur.   Keluarga muda ini sedang menghitung hitung keuangan keluarga menghadapi lebaran.  Gaji Adrizal bulan ini ditambah hadiah lebaran nanti mudah mudahan bisa menutupi kebutuhan hari raya.  Hanya saja anggaran untuk membeli parcel belum mereka masukkan.  Dari mana uang untuk membeli hadiah lebaran berbentuk bingkisan bisa didapatkan.

"bang, pinjam uang  ke abangmu" sang istri memberikan saran kepada suaminya. " Iya dinda, nanti aku mampir ke abang Sahid, semoga beliau bisa membantu membelikan bingkisan lebaran untuk Anissa"

Tiga hari menjelang lebaran Annisa bertanya lagi, mengapa tidak ada mobil atau motor yang mengantar parcel kerumahnya. "Insha Allah, besok ada kiriman parcel , anakku"  Adrizal memeluk anaknya ketika akan berangkat ke kantor. "ya pa Nissa tunggu didepan rumah ya"  sang istri terharu melihat betapa sayangnya sang suami kepada anak.  Hafidzoh masih ragu dari mana suaminya akan mendapat uang untuk membeli parcel.

Pukul 15.00 Adrizal meninggalkan kantor. Dia pusing dari mana mendapatkan uang sebesar 200.000 rupiah untuk membeli parcel . Adrizal melangkah lemah sepulang dari kantor. Di dompetnya hanya ada uang 60.00 rupiah.  Bagaimana mencari kekurangan untuk membeli parcel lebaran sebagaimana dijanjikan untuk putri semata wayang. Hadiah lebaran dari kantor  yang diterima minggu lalu sudah diserahkan semua ke istri untuk kebutuhan menyambut Hari Raya.  Dana itupun sudah dialokasikan guna menuaikan zakat fitrah dan zakat penghasilan keluarga. 

Referensi pihak ketiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun