Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilihan Hidup Berpolitik atau Hanya Sebagai Orang Biasa

13 Januari 2018   20:37 Diperbarui: 13 Januari 2018   22:24 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Arbam Padiansyah

Pilihan hidup katanya hanya ada dua.  Pertama hidup tenang nyaman bahagia sejahtera bersebab memilih kehidupan sosial budaya sebagai rakyat biasa.  Pilihan ke - 2 hidup tegang, menantang dan sedikit seram ketika berkecimpung di dunia politik. Pilihan sederhana namun menjadi rumit ketika masih belum mendapatkan pekerjaan tetap alias pengangguran.

Kata orang kalau memilih gaya hidup politik maka anda harus meninggalkan profesi lain.  Maksudnya apabila anda seorang profesional, misalnya dokter, insinyur, pengacara, notaris, dosen, pengusaha maka segeralah tanggalkan keahlian itu.  Kenapa se drastis itu apakah memang dilarang double job.   Tidak juga, sebab ketika  sudah terjun seratus persen di dunia politik maka anda tidak akan sempat lagi mengurus keahlian anda.

Menurut Arvan Pardiansyah dalam bukunya Kalau Mau Bahagia Jangan Menjadi Politisi, ada perbedaan bermakna kehidupan dunia politik dengan kehidupan sosial budaya rakyat biasa.  Perbedaan itu terletak pada gaya hidup yang meliputi pola komunikasi, pertemanan dan berujung pada kebahagiaan. Sebenarnya pendapat Arvan tidak seratus persen benar, karena ada juga politisi  bahagia yaitu ketika berpolitik syariah.

Politik syariah itu hanyalah angan angan karena sulit di praktekkan dalam kehidupan demokrasi.   Lingkungan politik terkadang membuat seseorang berfikir keras bagaimana merebut atau mempertahankan kekuasaan.  Benar sekali karena yang diharapkan atau tujuan akhir dari politik adalah merengkuh kekuasaan.    

Dalam kamus politik tidak ada kawan sejati . Justru yang ada adalah kepentingan sejati. Ketika kepentingan berbeda maka tidak ada lagi persahabatan.

Tentu saja berbeda dengan kehidupan sosial budaya rakyat biasa.  Kehidupan sosial selalu bersahabat dengan cinta, saling memberi, penuh perhatian kepada sesama, memaaf kan dan lain sebagainya.  Kehidupan penuh persahabatan  yang jauh dari intrik intrik. Kehidupan bermasyarakat terasa lebih damai sejahtera karena disana tidak diperlukan  lagi kekuasaan.

Oleh karena itu akhir pilihannya terserah kepada masing masing warga.  Apakah dia akan memilih kehidupan politik atau sebagai warga biasa saja.  Seandainya semua orang takut berpolitik terus yang mengurus negara siapa. Dengan demikian semua terpulang kepada sosok negarawan yang berpolitik .  Tentu semua berharap ada juga politisi mempunyai tujuan mulia mensejahterakan rakyat kecil.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun