Seyogyanya warga Jakarta melupakan debat pasangan calon gubernur Jakarta telah menyita begitu banyak enerji. Oleh karena itu mari memandang kedepan menuju Jakarta yang lebih nyaman, aman, santun beradab dan sejahtera. Oleh karena Anies Sandi sesuai harapan semua warga fokus memprioritaskan pola komunikasi publik dua arah (two way traffik communication).Â
Berdasarkan pengamatan tampaknya Anies lebih suka memposisikan dirinya sebagai pelayan publik bukan sebagai birokrat. itulah sebabnya Beliau acap menggunakan Kosa Kata KITA ketika berbicara tentang program kerja Pemda Daerah Khusus Istimewa Jakarta.
Kosa kata Kita mengambarkan kebijakan mengajak seluruh warga untuk berkontribusi dalam setiap gerak kehidupan tempat dimana dia tingal dan bekerja. Gerak kehidupan itu ketika di simpulkan akan berbentuk Program Kerja dalam muatan APBD. Artinya Kosa kata Kita membuktikan kebersamaan ketika warga diikutkan mulai dari proses perencanaan pembangunan sampai eksekkusi kegiatan tersebut.
Kosa kata Kita mengambarkan kesadaran Gubernur sebagai jati diri sebagai pelayan publik yang mengkerucut pada sikap dan tindakan lebih memperhatikan kebutuhan warga.
Inilah yang disebut dengan pola pembangunan Bottom up. Tentu saja sasaran pembangunan akan lebih mudah tercapai karena warga terpenuhi kebutuhannya dan mereka dapat dipastikan memberikan dukungan terhadap program kerja Pemda DKI. Disini warga di posisikan sebagai subjek pembangunan.
Awak tidak mengatakan bahwa Ahok dan Djarot lebih suka menggunakan kosa kata KAMI. Namun demikianlah kenyataannya, Petahana ini memposisikan dirinya sebagai Birokrat, yaitu petugas pemerintah yang menjalankan tugas sesuai progran kerja sendiri. Tidak salah juga menggunakan pola pembangunan Top Down tetapi alangkah baiknya apabila warga Jakarta jangan hanya di jadikan objek pembangunan.
Selayaknya warga di posisikan juga sebagai subjek pembangunan karena merekalah yang langsung merasakan apakah pembangunan itu bermanfaat bagi warga.Â
Pola komunikasi dua arah didawamkan dengan segala kerendahan hati mengajak warga dengan kosa kata Kita. Dilain pihak disadari atau tidak disadari atau memang begitulah pola kerja birokrat murni dimana mereka merasa tangung jawab melaksanakan program kerja lebih terkosentrasi pada aparat. Tentu saja pemberdayaan masyarakat kurang optimal dilaksanakan disini.Â
Point yang ingin disampaikan disini sekaligus pesan bagi sesama warga jakarta dari seorang warga yang sudah mukim sejak tahun 1980 di Ibukota. Pesan itu sederhana saja mari dari lubuk hati nurani paling dalam mendukung sepenuhnya Gunernur Anies Baswedan.
Beliau mempunyai niat tulus ikhlas menciptakan Jakarta menjadi kota yang aman, nyaman dan sejahtera bebas dari kerusuhan, huru-hara baik yang bersumber dari Birokrat atau dari warga sendiri. Dengan demikian setelah semua upaya dikerjakan kini saatnya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana semoga 5 tahun kedepan warga Jakarta bisa tenang dalam melaksanakan hidup dan kehidupan sehari hari.
Salam-salaman
TD