Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lembar-lembar Kartu Lebaran, Nasibmu Kini

5 Agustus 2013   10:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:36 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


foto-foto:TS
TERONGGOK lembar-lembar kartu lebaran. Di sisinya berjejer rapi. Tak ada yang menyentuh. Kuamati rada lama, baru ada seorang ibu muda. Jari-jari tangan lentiknya tidak pakai lama untuk kemudian mencabut : 2 (dua) lembar.

“Ya, ini untuk relasi yang ada di Jawa Timur. Satunya di Medan,” jelas Bu Nindya Kusumawardhani (36 tahun) ketika kuhampiri di kassa.

1375673584384595507
1375673584384595507

Perburuan menengok kartu lebaran dari Toko Buku itu, kulanjutkan ke Kantor Pos Besar di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Lebaran yang tinggal beberapa hari, bukan masalah benar sepinya peminat pada kartu lebaran. Kartu lebaran sebagai bentuk silaturrahmi itu kini sudah jadul habis. Tak laku. Ini seperti pernyataan pedagang kartu lebaran – yang tiap harinya berjualan benda-benda pos, materai, amplop dengan lapaknya. “Laku lima lembar sehari saja bisa bersyukur,” ungkap Durmin lelaki asal Brebes, Jawa Tengah itu.

Era sudah berganti, memang. Dan para pedagang kartu lebaran itu tak sendiri mengalami kelesuan “ucapan selamat hari raya Idul fitri” di era IT kini. Dulu, sebelum HP dan gadget menggerojok, pesta sudah dimulai sejak bulan puasa masuk. Karena calon pengirim mempertimbangkan waktu untuk pengiriman.

13756736711753395113
13756736711753395113

Sesepi hati wanita penjual kartu lebaran ini? (foto:TS)
Bisa dimengerti, bila pedagang kartu lebaran di sekitar Kantor Pos tidak lagi menjual jenis kartu elit dan mahal.”Paling yang harga tiga ribu rupiah,” kata lelaki yang menjual kartu sisa tahu sebelumnya. Kebetulan kolom tahun Hijriyyahnya 14 .., yang tinggal diisi bagi pengirim.

Sangat gampang untuk menandai bahwa era kartu lebaran sudah uzur dimakan zaman. Para petugas atau Pegawai Pos tak sesibuk dulu. Ini seperti diakui Ida, Manajer Pelayanan Kantor Pos. Di mana, dulu, aktivitas penyortiran kartu lebaran dilakukan setelah Kantor Pos tutup, di atas pukul 16.00 Wib. “Di sini sampai pada lembur, saking banyaknya kartu lebaran. Nggak lebaran doang, Natal juga ramai,” kisahnya tentang masa-masa kejayaan kartu lebaran dan Kantor Pos sebagai sarananya.

13756738141856498702
13756738141856498702

Armada pengangkutan pun itu nongkrong, sepi. (foto:TS)
Apa mau dikata. Dan memang, kartu lebaran dikirim sebagai sebuah ajang komunikasi (silaturrahmi) dalam mempertautkan hati bagi orang-orang dalam menyambut lebaran. Jarak atau ruang dan waktu bisa dijembatani dengannya. Kini, bisa dengan SMS, email atau yang lebih mumpuni – bisa disebutkan sejauh Anda mampu dan menguasai: facebook, MMS dan sejenisnya.

Apalah arti desain bagus, mahal dari sebuah kartu lebaran kini? Tersebab kartu-kartu itu diemohi. Kartu lebaran sudah menjadi onggokan …masa lalu. ***

13756739331648918915
13756739331648918915

Kantor Pos Besar pun merana? Sepi saja. (foto:TS)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun