Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perburuan Novel dalam Mem"Bumi Manusia"kan Film Negeri Dewek

11 Agustus 2019   19:59 Diperbarui: 11 Agustus 2019   20:20 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berusia sepuluh tahunan, saya keranjingan betul pada Komik. Terutama komik super hero: Gundala Putra Petir, Godam, Pangeran Mlaar sampai Laba-laba Merah. Juga komik jenis silat: Si Buta dari Goa Hantu, Jaka Sembung, Pendekar Bambu Kuning sampai Siluman Sungai Ular.

Satu di antara yang berkesan yakni pada komik Panji Tengkorak karya Hans Djaladara. Di mana ada adegan sang tokoh utama bersemedi dengan tali terentang dari empat sudut. Lalu dari sebuah berita, komik Panji Tengkorak akan difilmkan. Saya berbinar-binar benar.

Saya bayangkan hebatnya nanti adegan yang dilukis sang komikus hebat itu. Bahkan komik ini menjadi kajian dan tesis Seno Gumira Adjidarma untuk meraih doktor di Universitas Indonesia. 

Namun film yang diproduksi 70-an itu tak ada kehebatan ilmu sang tokoh di atas tali. Apa mau dikata. Komik -- yang sudah digambarkan dengan imajinatif komikusnya itu tak kesampaian. Mengecewakanku? Agaknya, ya.

Media komik, memang berbeda dengan film. Komik hanya sebatas gambar mati (still) dan kendati ada adegan tiap ruang ukuran umumnya A5, sekitar 14.5 cm kali 20 cm. Ditambah narasi dan dialog tokoh-tokohnya. Cukup hidup, memang. Setidaknya bila digambarkan secara bagus oleh komikusnya. 

Sedangkan film seperti digambarkan Arifin C. Noer sutradara film Kerikil-kerikil Tajam,  sampai Pengkhianatan G. 30. S yang menghebohkan di era Ordenya Soeharto, sangat bagus. Meski filmnya itu dianggap sebagai sebuah film propaganda. 

Sutradara kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu mengibaratkan, "Film betul-betul lengkap mewakili kegandrungan kita yang sangat mendasar (radikal) akan hidup alias kebenaran, sekaligus juga mewakili kita hampir tanpa batas. Pertempuran ide dan pertempuran uang ada dalam film."

Sebagai orang teater, penulis Sumur Tanpa Dasar dan sutradara Asrifin C Noer itu, film bisa menjadi sebuah media komplet. Ada cerita, gambar, ilustrasi musik dan setting serta tokoh-tokohnya. 

Gambar hidup, pernah diistilahkan. Di sisi lain, film cerita membutuhkan bahan dasar: cerita. Bisa dari Komik, Cerita Pendek, Novel bahkan puisi.  

Novel itu Teks

Bulan Agustus 2019 ini ada dua film, yakni Perburuan dan Bumi Manusia. Keduanya diangkat dari novel karya kelas nominasi Nobel Sastra: Pramudya Ananta Toer. Karya Pram itu berbeda rentang waktu penulisannya, kendati ditulis dari penjara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun