Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutuntun Rani dalam Remang Senja

26 Juli 2019   09:12 Diperbarui: 26 Juli 2019   09:42 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba di pondokan ketika hari masih dipelototi sinar mentari dengan sengatan menembus ubun-ubun. Rambut yang sebagian memutih terjalarinya.

"Kita masih on time, Mas."

Aku mengangguk. Dan segera mencekal lengannya. Setengah menyeret, dan membuatnya memperkerap langkah kecilnya menapak jalan menanjak.

"Begini caramu memperlakukanku...."

Aku menyemburkan nafas. Berhenti dari langkah berikutnya, dan tersenyum. "Pintu sudah menunggu kita."

"Pintu selalu terbuka, ya. "

Aku tersenyum lagi. Kulihat ia mengatur nafas tuanya. Lalu kutuntun untuk mencapai pintu pondokan. Dan nanti aku akan mendapatkan secangkir kopi setengah manis hasil seduhan tangan manisnya. Disajikan sambil duduk di teras.

Angin gunung menggantikan suasana tenang. Memandangi wajahnya, menyeruput kopi dan singkong rebus yang dimasak dengan keterampilan tingkat tinggi. Kalau tidak, mana mungkin. Setelah perjalanan hampir tiga jam menembus kemacetan jalan ke pondokan kami.

"Kita jalan keliling, yuk."

"Masih akan merepotkanku?"

Namun ia menurut. Cahaya wajahnya menyemburat dengan senyum tipis. Ia menerima uluranku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun