Guru bahasa Indonesia menulis fiksi? Sudahlah benar itu. Jika memilihnya cerita pendek atawa cerpen? Boleh saja. Boleh jadi itu yang sukai (passion) dan dikuasai. Bahwa, misalnya, karyanya belum segaris lurus dengan ilmu kebahasaan?
Ini buku kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh seorang guru dari atawa yang bermukim di Blora, Jawa Tengah. Blora, kata Pramudya Ananta Toer, kepada saya suatu ketika, menjadi terkenal di dunia. Betapa tidak lewat kumpulan cerpen CeritadariBlora -- sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, seperti menjadin ikon bagi sastrawan yang BumiManusia-nya akan difilimkan.
Sedangkan pada penulis buku yang diberi tajuk Pakaian Surga ini, ia seorang Kompasianer dan anggota PPI (Persatuan penulis Indonesa), bernama Fitri Hidayati. Berkenan memberi kata pengantar, Drs. Ahmad Wardoyo, M. Pd Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora. "Sebagai karya awal berbentuk buku, tulisan di buku ini sangat membanggakan kami di lingkungan dunia pendidikan. Penulis sebagai guru bahasa Indonesia, tentu faham bahwa dari Blora lahir pengarang besar Pramudya Ananta Toer," jelasnya. Klop.
Buku ini berisi sepuluh cerpen -- yang panjang-panjang -- sehingga untuk itu memakan halaman hingga 173. Mencermatinya, akan mendapatkan lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sebuah cerita yang klasik. Alurnya maju, lurus. Narasinya panjang, dalam kalimat yang kadang beranak-pinak dan sesekali bercucu. Banyak koma dan bisa kehabisan nafas jika tak telaten.
"Assalamualaikum, Bu Laras maaf saya menggangu keasyikan ibu menulis." Dialog yang sederhana dan bisa menggambarkan cerita yang diberi tajuk DuaHatiSatuCinta. Perihal seorang lelaki muda yang bertemu dengan seorang wanita matang, sebagai penulis, saat ada KKN. Siapa sangka, jika wanita itu adalah pacar masa lalu ayahnya: Pram -- yang penulis juga. Dan seperti cerita klasik, keduanya bertemu. Papa, mengunjungi Bram, lelaki muda itu. Dan ujungnya, mereka berdua satu mobil hari itu juga, mengalami kecelakaan. Meninggal.
Jika di karya buku ini berhamburan assalamualaikum dan dijawab salam itu, bisa menjadi penanda niatan penulisnya. Sebagai pilihan, sebagai pemula. Barangkali ini menjadi penyakit yang mestinya segera dikikis. Sebab, penggambaran bagi kalangan muslim ini, sesungguhnya bisa dicapai dengan berbagai cara. Penggambaran tokoh, setting, dan konflik. Memang, pada RobohnyaSurauKami-nya AA Navis sangat kompleks. Namun setidaknya muatannya kental, dan bisa terasakan.
Cerita-cerita dalam Pakaian Surga ini, secara umum melodrama. Semisal pada Hijrah dan Kajog. Pada yang kedua, kita mengikuti rentetan seorang Jarwo yang preman nyaris mati. Dan ditolong oleh sepadang suami-istri. Menggiris, memang. Karena Jarwo Ditolak oleh saudara-saudaranya. Sebagai bentuk pembelajaran terhadap masa lalunya.
Guru bahasa Indonesia, selazimnyalah tergiring untuk menulis fiksi. Hal yang sangat dekat dengan ilmu yang diperolehnya. Namun ketika mengejawantahkan dalam sebuah karya kreatif, mestilah ada pembawaan seorang guru bahasa. Yang mengerti tanda baca, kalimat dan pilihan kata (diksi). Ini yang perlu diperhatikan. Karena apa yang diajarkan di depan siswa-siswanya semestinyalah segaris lurus dengan itu. Sebagai bahasa tulis (teks).
Ah, itu sebuah hal yang memang pekerjaan dari editor. Bukankah editor bukan yang ditemukan secara komplet di bangku kuliah untuk bidang editing? Memang. Catatan ini, sebagai langkah berikutnya saja. Sehingga karya awal penanda ini, lanjutan dari bumi Blora yang selazimnya bisa menggelorakan dunia persilatan kata-kata.
Itu dulu.
***