Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memilih Penceramah Bermuka Ramah

20 Mei 2018   11:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   11:56 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jmaaah bersalat di Masjid Istiqlal. Foto: Dok. Reuters

Tak pelak, rangkaian teror dengan bom bunuh diri termasuk menyertakan  anak-anak yang terjadi menjelang puasa "memaksa" Kementerian Agama ikut andil membenahi. Agar radikalisme tak meluas? Tidak bisa pungkiri, unsur itu ada dalam memilih 200 dai, mubaligh  atau penceramah yang "baik-benar-berguna" bagi bangsa ini.

Paslah, ketika bulan Ramadhan tiba. Sehingga ada terpilih 200 orang mubaligh, meski kemudian ada berita susulan, akan ditambahai. Tak hanya 200 orang penceramah yang punya komptensi, reputasi dan komitmen kebangsaan.

Ustad Mansyur, dai yang menebarkan soal kekuatan sedekah, menolak. Dan yang di belakangnya, setengah memprotes, serta secara tak terbuka tidak sreg dengan gagasan Pak Menteri dari partai itu. Boleh jadi, yang tak sepaham -- bukan berarti karena tidak terpilih seperti Ustad Somad -- bisa menyebut. Kenapa sedikit benar dari mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia ini? Hitung saja berapa masjid yang ada di Jakarta? Lalu disambung dengan di Kawasan Banten dan Jawa Barat? Takkan terjangkau dengan dua ratus mubaligh (plus seratus lagi sekalipun), kan?

Ini menjaid terkotak-kotak. Perihal (mubaligh) siapa yang terpilih dengan kriteria-kriterianya tersebut. Aroma kental politis pun tak terhindarkan. Ini yang menabalkan bahwa politik tak elok dicampurkan dengan (peran) agamawan. Sebab, semestinya masalah politik  bisa dengan gampang dipisahkan dari para peran agamawan untuk soal berceramah keagamaan.

"Saya sementara berbaik sangka kepada Pak Menteri (Menag Lukman Hakim Saifuddin)," kata Nasaruddin Umar di tvOne, Sabtu 19 Mei 2018.

Kementerian Agama, kadang genit. Masalah seperti ini, mestinya bukan ranahnya. Itu sebab, Gus Dur pernah untuk meniadakan saja Departemen (sekarang Kementerian) Agama. Dan berkait dengan rekomendasi 200 orang nama itu, selazimnya serahkan saja kepada MUI, yang di wilayah masing-masing punya para penceramah. Dan mereka mengerti kebutuhannya akan "siraman rohani" warganya. Dengan bahasa yang dipahami. Sebab, mereka (para mubaligh) itulah yang faham perihal keagamaan warga terdekat. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun