Ridwan Kamil hitnya tinggi dalam berbagai pooling untuk Pilkada Gubernur Jawa Barat 2018. Walikota Bandung itu mengalahkan berbagai tokoh yang akan maju, semisal Deddy Mizwar, Dedy Mulyadi. Padahal, ia tak berpartai. Dan bahkan ia (pernah) dipinang Golkar melalui Ketumnya Setya Novanto. Namun jika benar rekomendasi dari Golkar (pasca Erlangga Hartanto menggantikan Setnov sebagai ketum sebelum Munaslub) dicabut, Kang Emil bakal melayang-layang nasibnya. Baca: KOMPAS.Com http://nasional.kompas.com/read/2017/12/17/19555251/golkar-cabut-dukungan-untuk-ridwan-kamil-di-pilkada-jawa-barat-2018.
Apa boleh buat. Nasib RK di ujung tanduk. Sementara Dedi Mulyadi boleh senyum-senyum, jika skenario Ketum baru Golkar Erlangga lebih memilihnya. Mengingat Dedi Mulyadi Ketua DPD 1 Jawa Barat, dan yang cukup getol meminta Munaslub Golkar di tengah badai yang melanda ketumnya Setnov yang kini mendekati titik lemah si belut licin dan acting sakit-sakitan yang tak berbobot itu.
Pertarungan di Pilkada Gubernur Jawa Barat pun bergeser dengan masuknya nama baru calon yang diajukan Gerindra: Sudradjat yang jenderal itu. Namun kalau RK bisa melenggang dan menjadi calon tetap, tampaknya ia bisa memenangangi Pilgub ini. Dan Jawa Barat, boleh jadi akan diarsiteki seorang arsitek yang kelasnya sudah tak hanya Jawa Barat atau nasional.
Persoalannya, memang, nasib orang tak berpartai sebatas benang laba-laba yang rapuh dalam sebuah kontestasi perpolitikan negeri ini. Jangankan ia orangluar, sedangkan orang dalam pun meski pandai bermain di atas ombak-gelombang politik negeri ini yang tak kunjung dewasa. Yang penting menang, dan menghalalkan segala cara. Tak memberikan pembelajaran kepada warga yang sesungguhnya punya mandat paling penting dalam acara pesta politik semacam ini.
***