Entah.
Aku merasa seperti saat menghadiri ulang tahun ke50 majalah sastra Horison di TIM. Ketika majalah yang didirikan Mochtar Lubis bersama Arief Budiman, Taufiq Ismail bermetamorfosis sebagai majalah sastra online/ digital pun aku hanya bisa mengelus dada. Romantisme membaca majalah atau buku seperti disebutkan Emha Ainun Nadjib: seperti ngebet-ngebet Alquran memang mesti sampai di sini.
Dan majalah HAI takkan lagi bisa kuintip di rak-rak TB Gramedia. Karena ia telah berubah bukan sebagai majalah regular pada saat berusia 40 kini. Â Ini mesti kutanyakan kepada yang ngelahirin dan ngopeni: Mas Wendo. Â Dulu.
Piye enake? ***