Mohon tunggu...
Thalita Umaveda Al Hayya
Thalita Umaveda Al Hayya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga-20107030053

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM 20107030053

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ikatan Erat Perempuan dan Pekerjaan Rumah Tangga, Mengapa Selalu Begitu?

6 Juni 2021   08:00 Diperbarui: 7 Juni 2021   02:00 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan dengan kemampuan multitasking. (sumber: SHUTTERSTOCK/KIT8.net via kompas.com)

Sepertinya label perempuan yang harus bisa melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga telah menjadi pola pemikiran yang mutlak bagi hampir semua golongan masyarakat. 

Pemikiran jika istri harus bisa membereskan rumah dengan bersih dan rapi, pemikiran jika anak perempuan saja yang diwajibkan untuk membantu melakukan pekerjaan rumah inilah yang sepertinya sudah mengakar, ya? T

ak ayal jika perempuan dan pekerjaan rumah tangga memiliki hubungan yang sepertinya tidak dapat terpisahkan. Lagi, biasanya bagi para calon istri biasanya akan dicerca oleh pertanyaan yang kerap diajukan seperti, "bisa bersih-bersih rumah, nggak?"

Bahkan menurut hasil riset yang telah terbit di Jurnal Work, Employment, and Society memaparkan jika hampir semua istri melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tenggat waktu mencapai 16 jam setiap minggu. 

Sedangkan, rata-rata para suami hanya mengerjakan pekerjaan rumah dalam kurun waktu kurang dari 6 jam setiap minggu.

Pekerjaan rumah tangga yang seperti telah menjadi 'kodrat'nya perempuan ini telah dilakukan secara turun-temurun. Tak sedikit para suami yang seolah-olah membuat pekerjaan rumah tangga menjadi kewajiban penuh yang harus diselesaikan oleh istri. 

Padahal banyak para ibu rumah tangga di luar sana yang tak hanya berjibaku pada pekerjaan rumah tangga saja. 

Masih banyak di luar sana wanita karir yang masih harus mengurus anak dan dibebani dengan pekerjaan rumah tangga. Dan sang suami? Hanya menunggu untuk dilayani oleh istrinya saja.

Adapun anak-anak perempuan yang selalu disuruh untuk membantu melakukan pekerjaan rumah sementara para orang tua malah membebaskan anak laki-lakinya tanpa diberikan tanggung jawab akan pekerjaan rumah. 

Ucapan seperti, "anak perempuan harus rajin bersih-bersih rumah" atau "jadi anak perempuan harus bisa mencuci sampai kinclong, mengepel sampai tidak ada debu yang menempel" dan lain sebagainya. 

Ungkapan-ungkapan seperti itu memang ada benarnya, namun ayolah ayah dan bunda, berikan tanggung jawab pula pada anak laki-laki yang sekiranya sudah beranjak remaja untuk ikut andil dalam kegiatan pekerjaan rumah tangga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun