3. Disruption, yakni titik lejit yang menjadi reaksi atom yang menggucang kemaparan. Namun ini hanyalah fase transisi menuju 3D terakhir.
4. Dematerilization, yakni semua produk kehilangan wadah fisik untuk ditransfer di "cloud" alias awan digital tak bertepi.
5. Demonetization, yakni di dalam "awan digital", tempat menyimpan segala hal itu, hampir semua biaya turun drastis. Buku, musik, film, ilmu, informasi, komunikasi, dan lain-lain tiba-tiba membludak volumenya dan semakin lama harganya menjadi semakin murah.
6. Democratization, yakni pada puncaknya, karena semua serba berkelimpahan dan berbiaya minimal sekali, maka terjadilah era Abundance atau disebut Free Economy dan Sharing Economy.
Waktu itu Presiden RI Joko Widodo juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengelompokkan lima industri utama yang disiapkan untuk Revolusi Industri 4.0. "Lima industri yang jadi fokus implementasi Industri 4.0 di Indonesia yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia," kata Presiden dalam membuka Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) pada pekan pertama April 2018.
Menurut Presiden, kelima industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung guna meningkatkan daya saing. Lima sektor tersebut juga dinilai Presiden akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru berbasis teknologi. Adapun tantangan-tantangan untuk masyarakat dalam menghadapi era disrupsi :
1. Adanya risiko persisten terhadap hak digital akibat interkoneksi dari teknologi baru ini.
2. Merupakan propaganda yang sangat kuat dalam prespektif ekonomi.
3. Menjadi penyambung relationship dengan pergerakan digital yang sangat cepat.
4. Menjadi ancaman dalam hal transparansi dan akuntabilitas.
5. Menjadi konteks baru dalam hal etics dari inovasi yang terjadi, sehingga dapat menjadi masalah kemanusiaan.