Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Pulang

19 November 2022   08:22 Diperbarui: 19 November 2022   08:28 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Eh, ada orang kota. Gimana kabarnya?" suara Jalil kudengar dari balik punggungku. Aku mencium bau tubuhnya. Masih dengan aroma seperti dulu.

"Kenapa lama sekali baru pulang? Kalau kamu tak ingin ketemu ibumu, masa kamu nggak kangen sama aku?" bisik lelaki itu di balik telingaku.

Bajingan!

Aku hanya diam dan tak mengalihkan pandangan dari Ibu. Lelaki itu beranjak ke arah seberang tempat tidur. Posisinya kini justru tepat menghadap ke arahku. Semakin terasa kalau matanya tengah menelan tubuhku bulat-bulat. Kulihat sekilas seringainya bagai serigala lapar.

Entah mengapa perutku langsung mual. Ucapannya membakar bara kemarahan yang mengerak gegara kelakuannya. Lelaki yang menjadi racun dalam hidupku, yang memisahkan aku dengan ibu, makin tambah menyebalkan meski sudah mendapatkan keinginannya.

Dulu pernah kuterima Jalil sebagai calon imamku. Usia kami selisih sepuluh tahun. Sikapnya yang penuh pengertian membuatku merasa tenteram setiap kali berada di sampingnya. Empat bulan kami pernah menjalin hubungan dan menjadi sepasang kekasih yang dipenuhi angan-angan.

Saat kubawa ke hadapan ibu, entah bagaimana awalnya. Perhatian Jalil beralih pada Ibu. Kuakui, Ibu memang jauh lebih cantik daripada aku, putri semata wayangnya. Ibu sering memuji karena sikap dan kesantunan Jalil banyak kesamaan dengan almarhum ayahku. Ibu makin dekat dengan Jalil karena keduanya memiliki kesamaan juga, pandai berdagang. Bisnis sembako yang digeluti Ibu menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Cocok dengan Jalil yang punya usaha menjual pakaian jadi. Karena itulah, keduanya selalu antusias saat membahas masalah usaha dagang.

Celakanya, ibu benar-benar jatuh cinta pada Jalil. Bahkan gayung bersambut. Jalil merasa lebih cocok memilih Ibu daripada aku. Tanpa perlu bersusah payah, Jalil membuat ibu benar-benar merasa mendapatkan lelaki yang tepat sebagai pengganti ayahku.

Maka sejak itu, kusembunyikan perasaanku hingga keduanya resmi menjadi suami istri. Aku yang telah masuk dalam kubangan cintanya, hanya bisa diam menyaksikan kebahagiaan mereka. Kubuang diriku menjauhi pemandangan yang teramat menyiksa. Pergi menapaki luka hati tanpa arah dan sandaran.

Hanya dua hari aku sempat menunggui ibu. Tubuh lemahnya menyerah pada malakal maut. Tak bisa kukatakan betapa dalam kesedihanku ditinggal ibu. Ingin rasanya memutar waktu ke masa lalu, saat aku masih bebas merasai hangatnya pelukan ibu.

Di hari ketiga sepeninggal ibu, aku bersiap hendak kembali ke kota. Tetiba pagi itu Jalil menghalangi jalan keluar dari kamar. Kudorong tubuhnya dengan tas baju. Namun tangannya sempat memegang handle pintu, hingga mampu bertahan dan tetap berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun