Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Baca Buku, Sejauh Mana Anda Menerapkannya?

16 Januari 2015   05:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, saya membaca postingan Mas Ade Ipang, teman aktivis dulu saat masih merantau di Taiwan yang saat ini tinggal berkeluarga di Sumatera. Di statusnya, Mas Ade Ipang bertanya, kamu sedang baca buku apa? Katanya ia sampai mimisan gara-gara bolak-balik melihat kamus, karena buku yang sedang dibacanya berbahasa asing. Begitu kira-kira isi postingannya.

Aku jadi malu sendiri. Setelah hampir setengah tahun, aku "melupakan membaca" dan baru beberapa jam sebelum membaca status Mas Ade Ipang itu, aku baru kepikiran untuk membaca lagi selama melakukan perjalanan. Tapi buku apa yang aku bawa dan persiapkan itu? Buku kumpulan cerpen yang sangat ringan sekali, hehe...

Sebelumnya, aku memang gila membaca. Buku apa saja, sampai kertas koran bekas selalu aku simpan untuk dibaca terlebih dulu. Setiap melakukan perjalanan ke luar kota, aku selalu membawa buku untuk dibaca selama dalam perjalanan (di dalam bus). Aku juga ikut kampanye gerakan membaca selagi kecil dari rumah, sampai kicauanku di media sosial mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Kang Aher, dan aku mendapatkan bingkisan buku berbobot yang sudah dibubuhi tanda tangannya langsung!

Saking tidak ingin tertinggal dari kegiatan membaca, segala cara aku lakukan. Kalau tidak sempat bawa buku, aku sudah mempersiapkan beberapa ebook di hp jadulku dalam format jar. Jadi kemanapun, dalam kondisi apapun, tidak ada alasan untuk tidak sempat membaca.

Tapi kira-kira sejak enam bulan lalu, aku tidak lagi menyelipkan buku dalam tasku untuk aku baca dalam perjalanan. Pun tidak melirik hp untuk menengok instalan ebook berisi artikel kesukaan atau buku digital kesayangan. Kenapa? Ada beberapa alasan.

Sejak Mama mertua meninggal tengah tahun lalu, suami jadi banyak kesempatan untuk mengantar aku jika akan bepergian ke luar kota. Kami naik motor. Maka otomatis tidak ada kesempatan untuk membaca selama dalam perjalanan.

Kalaupun ke Jakarta naik motornya sampai ke Pintu Tol Ciawi, dan seterusnya naik bus APTB ke lokasi, di dalam bus integrasi itu aku lebih memilih untuk tidur. Waktu sekitar satu dua jam dalam bus ber-AC aku pilih gunakan untuk beristirahat setelah tiga sampai enam jam sebelumnya, kecapean naik motor dari kampung melawan dingin, angin, hujan dan panas.

Seperti direncanakan pula, hp jadul berisi ebook kesayangan kok eror. Karena ancur, isinya berantakan dan semua memory yang ada hilang, termasuk ebook format jar. Setelah kehilangan itu aku belum atau tidak menginstal lagi. Jadi otomatis bahan bacaan kini semakin tiada.

Dulu, waktu senggang di rumah pun aku selalu menyempatkan untuk membaca buku. Saat itu anak masih kecil, belum bisa merebut sesuatu dari kita. Saat kini anak semakin besar justru aku kesulitan membaca. Karena jangankan buku, hp di tangan saja bisa direbut dan dilempar-lempar! Pernah memegang kertas apa, jika dilihat anak, langsung direbut dan disobek-sobek. Karena sayang bukunya jika bernasib demikian, maka aku "menghindarkan" membaca buku di rumah saat bersama anak.

Kini, kebetulan. Pas suami sedang tidak bisa mengantar ke luar kota, dengan kata lain aku pergi sendiri naik kendaraan umum, jadi aku mempunyai waktu luang yang cukup untuk membaca lagi. Pas lagi dengan status Mas Ade Ipang yang secara tidak langsung sudah mengingatkanku, aku seperti kembali tersadar. Membaca itu bukankah kebutuhan?

Aku teringat kepada beberapa teman yang setiap jumpa di beberapa acara, selalu membaca buku dengan judul yang selalu berbeda. Mulai dari buku puisi karya teman-teman penulis,  buku novel dan sastra ternama, sampai buku pengetahuan umum. Salut. Selain terus memperkaya wawasan diri, mereka juga secara tidak lengsung sedang memperdalam keterampilan menulisnya. Terlihat dari teman yang suka baca buku, kosa-katanya dalam menulis terlihat lebih banyak dan lebih lugas. Untaian kalimat demi kalimat sangat bagus dan mudah dicerna.

Kini aku harus seperti mereka yang selalu menyempatkan membaca (buku) lagi. Meski menjumpai beberapa kendala, tapi paling tidak, seperti membaca Al-Quran saja, sebelum tidur satu ayat, atau satu paragrap setiap malam. Jadi tidak hanya membaca status teman-teman di beranda atau timeline saja, hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun