Kita hidup di zaman yang serba cepat dan instan. Pesan datang dalam hitungan detik, makanan bisa diantar dalam waktu kurang dari sejam, dan kesuksesan orang lain tampil rapi di media sosial dalam video 15 detik.Â
Tak heran jika banyak dari kita merasa tertinggal hanya karena proses hidup kita tak secepat milik orang lain.
Padahal, tak semua hal bisa diburu. Ada hal-hal yang justru tumbuh lebih kuat ketika diberi waktu.Â
Seperti pohon yang akarnya menembus tanah secara perlahan, begitu juga dengan mimpi dan pertumbuhan diri. Semuanya butuh ruang untuk berkembang secara utuh, bukan tergesa-gesa.
Proses Itu untuk Dihidupi, Bukan Dilewati
Seringkali kita menjadikan hasil akhir sebagai tolok ukur utama.Â
Lulus kuliah cepat, menikah usia muda, punya rumah sebelum usia 30, atau karier melejit dalam beberapa tahun pertama.Â
Jika tidak sesuai timeline itu, muncul rasa gelisah. Padahal, siapa yang bikin standar waktu itu?
Merasakan proses berarti hadir secara penuh dalam setiap langkah baik saat jatuh maupun saat naik. Ketika kita hanya fokus pada hasil, kita sering lupa bagaimana berharganya momen-momen kecil yang membentuk kita.Â
Belajar sabar saat gagal, tetap percaya diri saat orang lain meragukan, atau tetap berjuang meski belum ada yang melihat, itu semua bagian dari proses yang gak bisa diburu.
Cepat bukan selalu berarti baik. Kadang, justru yang terbentuk dalam waktu lama lebih kokoh dan tahan lama. Sama seperti fondasi rumah, proses yang dalam dan hati-hati akan menopang hidup kita lebih kuat.Â