Seiring berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, dunia kerja pun harus cepat beradaptasi. Kita tidak hanya dituntut menguasai keterampilan teknis, tapi juga harus cakap berkomunikasi dengan mesin AI.Â
Kedengarannya aneh? Tidak juga sih. Justru inilah kenyataan baru yang sedang kita hadapi.
Kecerdasan buatan tidak bekerja dengan intuisi seperti manusia. Ia hanya bisa memberi respons berdasarkan prompt yang kita berikan.Â
Jadi, di sinilah pentingnya keterampilan komunikasi: bukan hanya agar kita bisa menjalin relasi dengan sesama manusia, tapi juga agar kita bisa "berbicara" secara efektif dengan AI.
Berkomunikasi dengan AI Butuh Kejelasan dan Peran
Menyampaikan instruksi kepada AI sebenarnya tidak jauh berbeda dengan memberi arahan kepada tim kerja.Â
Bedanya, AI tidak bisa menebak maksud tersembunyi atau menangkap emosi di balik kata-kata. Ia hanya akan memproses apa yang tertulis secara eksplisit. Di sinilah muncul kebutuhan untuk menulis prompt yang jelas, lengkap, dan detail.Â
Misalnya, jika kita ingin membuat script video tentang wisata ke Bali, kita tidak cukup hanya menulis: "Buatkan script video vlog tentang Bali." Hasilnya akan sangat generik dan tidak sesuai dengan gaya kita.
Bandingkan jika kita menulis seperti ini:
"Posisikan diri kamu sebagai travel vlogger yang sudah lima tahun membuat konten jalan-jalan. Buatkan script video berdurasi 4 menit tentang pengalaman staycation 3 hari 2 malam di Ubud, Bali. Gunakan gaya bahasa santai tapi informatif. Tambahkan CTA (Call to Action) di akhir video agar penonton mau subscribe dan komentar."