Dulu, kemampuan mengoperasikan Microsoft Office sudah cukup untuk melamar banyak pekerjaan.Â
Kini, lanskapnya berubah. Perusahaan mulai menyisipkan satu kalimat penting dalam lowongan kerja "Memahami dasar penggunaan AI" atau "diutamakan yang terbiasa menggunakan tools berbasis AI."Â
Melek AI bukan lagi keunggulan tambahan. Ia berubah menjadi salah satu syarat utama bertahan dan berkembang di dunia kerja modern.
Pertanyaannya, apakah calon pelamar sudah siap? Atau justru jurang antara yang paham dan yang tertinggal akan semakin lebar?
AI Bukan Lagi Milik Anak IT Saja
Pemahaman soal AI dulu dianggap relevan hanya untuk orang di bidang teknologi.Â
Tapi hari ini, siapa pun mulai dari jurnalis, desainer, marketing, HR, bahkan guru diarahkan untuk memanfaatkan AI dalam efisiensi kerja.Â
Mulai dari membuat laporan cepat, menyusun draft konten, hingga menyarankan strategi bisnis berbasis data.
AI seperti ChatGPT, Notion AI, atau Canva Magic Write sekarang digunakan bukan karena keren, tapi karena mendesak. Perusahaan menginginkan efisiensi dan kreativitas dalam satu paket.
Mereka tidak lagi mencari karyawan yang bekerja keras saja, tapi juga yang tahu bagaimana bekerja cerdas dengan bantuan teknologi.
Ini bukan soal menggantikan manusia, tapi soal bagaimana manusia bisa beradaptasi untuk bekerja bersama mesin. Yang menolak belajar AI karena merasa "bukan bidang gue" bisa jadi akan tertinggal lebih cepat dari yang diperkirakan.