Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Self Sabotage: Ketika Ketakutan Justru Membuat Kita Diam di Tempat

30 April 2025   18:10 Diperbarui: 30 April 2025   17:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Takut (Sumber: Unsplash)

Pernah merasa sudah dekat dengan target, tapi justru mendadak kehilangan semangat? Atau tiba-tiba menunda-nunda hal penting padahal kamu sangat menginginkannya? 

Jika ya, kamu tidak sendiri. Banyak orang mengalami apa yang disebut sebagai self-sabotage; perilaku yang secara tidak sadar menghalangi diri sendiri untuk berkembang.

Yang menarik, penyebabnya bukan karena takut gagal, tapi justru karena takut sukses.

Ketakutan akan sukses terdengar kontradiktif. Bukankah semua orang ingin berhasil? 

Tapi dalam praktiknya, kesuksesan sering kali membawa konsekuensi baru: tanggung jawab lebih besar, perubahan ritme hidup, hingga potensi kehilangan orang-orang yang tidak nyaman dengan versi dirimu yang berkembang. 

Ketakutan inilah yang membuat sebagian orang lebih memilih diam di tempat, meski potensinya besar.

Ketika kesuksesan terasa mengancam

Secara psikologis, ketakutan akan sukses bisa muncul dari berbagai sumber. Pertama, dari imposter syndrome, yakni keyakinan bahwa diri tidak layak mendapatkan pencapaian. Ketika seseorang tidak percaya pada kapasitasnya sendiri, ia akan cenderung merasa bahwa keberhasilan justru akan membuka ruang bagi kegagalan yang lebih besar. Maka ia memilih menahan diri, bahkan merusak peluang yang datang.

Kedua, ketakutan ini bisa berasal dari pengalaman masa lalu. Mungkin saat kecil seseorang pernah dimarahi karena terlalu menonjol, atau dikucilkan ketika terlihat lebih "pintar" dari yang lain. Trauma kecil semacam ini tertanam dalam ingatan bawah sadar, menciptakan pola bahwa menjadi sukses itu tidak aman secara sosial.

Ketiga, ada rasa tidak nyaman terhadap perubahan. Sukses sering kali menuntut kita keluar dari zona nyaman. Naik jabatan berarti harus menghadapi dinamika kerja yang lebih kompleks. Lulus kuliah berarti harus benar-benar hidup mandiri. Menjadi konten kreator yang viral berarti harus siap dikomentari banyak orang. Tak semua orang siap menghadapi konsekuensi ini. Maka walau sebenarnya ingin, mereka malah menunda, menarik diri, atau menciptakan alasan untuk tidak bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun