Meningkatnya biaya pendidikan membuat banyak mahasiswa memilih untuk kuliah sambil bekerja.Â
Entah untuk membantu biaya kuliah, memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau sekadar menambah pengalaman, kombinasi antara dunia kerja dan dunia akademik bukan perkara mudah.Â
Di tengah tekanan tugas kuliah yang tak kunjung usai dan tuntutan pekerjaan yang juga tak bisa ditunda, kemampuan mengatur waktu jadi kunci utama agar tidak tumbang di tengah jalan.
Meski berat, bukan berarti mustahil. Banyak mahasiswa yang berhasil menyeimbangkan keduanya dengan strategi yang tepat. Kuncinya ada pada perencanaan yang realistis dan kemampuan mengenali batas diri.
Tentukan Prioritas dan Buat Jadwal yang Realistis
Langkah pertama adalah menyadari bahwa waktu sangat terbatas. Dengan hanya 24 jam dalam sehari, tidak semuanya bisa dikerjakan sekaligus. Maka, penting untuk membuat daftar prioritas. Tugas kampus mana yang harus segera dikumpulkan? Shift kerja mana yang tidak bisa ditinggalkan? Dengan memilah mana yang paling mendesak dan penting, beban pun terasa lebih ringan.
Membuat jadwal mingguan juga bisa sangat membantu. Sisihkan waktu khusus untuk kuliah, bekerja, istirahat, dan menyelesaikan tugas. Jadwal yang baik bukan hanya soal padatnya aktivitas, tapi juga memberi ruang untuk bernapas.Â
Jangan sampai seluruh waktu habis hanya untuk berlari dari satu aktivitas ke aktivitas lain tanpa jeda. Tanpa waktu istirahat, risiko burnout bisa datang kapan saja.
Selain itu, jangan sungkan untuk berkata tidak. Menolak ajakan nongkrong, kegiatan organisasi tambahan, atau shift kerja ekstra bukan berarti lemah, tapi bentuk komitmen pada tujuan jangka panjang.Â
Ingat, setiap keputusan punya konsekuensi. Fokus pada tujuan utama bisa membantu menavigasi pilihan-pilihan harian dengan lebih bijak.