Apakah hidup hanya layak dijalani jika kita berhasil mencapai sesuatu yang luar biasa?Â
Pertanyaan itu sering kali muncul diam-diam di tengah malam, ketika layar ponsel menunjukkan daftar pencapaian orang lain dan kita merasa tidak sedang ke mana-mana.Â
Kita hidup di tengah masyarakat yang begitu sibuk memuja sukses, sampai-sampai lupa bahwa tidak semua orang lahir untuk jadi bintang. Ada yang lahir untuk menyinari dalam diam, bukan untuk bersinar terang di panggung sorotan.
Setiap sudut kehidupan terasa seperti perlombaan. Sekolah jadi ajang kompetisi. Dunia kerja penuh tekanan untuk naik jabatan. Bahkan pertemanan pun bisa berubah jadi adu pencapaian.Â
Kita dibentuk untuk mengejar target, bukan makna. Dan ketika gagal, kita merasa hidup ini sia-sia. Padahal yang sebenarnya hilang bukanlah keberhasilan, tapi ruang untuk menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang boleh lambat, boleh lelah, bahkan boleh tidak tahu ke mana arah.
Apa Arti Kesuksesan Bagimu?
Kita hidup di zaman di mana kesuksesan seolah menjadi satu-satunya tolak ukur nilai manusia. Sejak kecil, kita sudah dijejali narasi tentang pentingnya menjadi yang terbaik.Â
Harus juara kelas, kuliah di tempat ternama, bekerja di perusahaan besar, dan memiliki hidup yang tampak sempurna. Semakin tinggi pencapaian, semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan lingkungan.Â
Tapi di tengah semua tuntutan itu, pernahkah kita bertanya, apa sebenarnya gunanya hidup kalau semua harus sukses?
Media sosial semakin memperkuat bayangan bahwa hidup ideal itu selalu tentang pencapaian. Setiap hari kita melihat orang-orang membagikan keberhasilan mereka.Â