Beberapa hari lalu saya mendengar kabar bahwa salah satu karyawan di tempat kerja memilih pindah.
Bukan karena konflik atau rasa tidak nyaman, tapi karena keinginannya untuk berada di level karier yang berbeda. Ia berpindah dari posisi barista di kafe tempat saya bekerja ke tempat lain dengan posisi yang berbeda dari sebelumnya.Â
Ini adalah hal mengejutkan, tetapi tetap menyentuh. Di balik kerjanya yang ulet, ternyata ada keinginan besarnya untuk berkembang dan mencoba sesuatu yang lebih menantang.
Keputusan itu tentu tidak mudah. Di tempat lama, ia sudah merasa nyaman. Lingkungan kerja yang suportif, ritme kerja yang sudah dikuasai, dan hubungan yang baik dengan atasan serta rekan kerja membuatnya seperti berada di rumah sendiri.Â
Namun justru dari kenyamanan itulah muncul satu pertanyaan yang mengusik, "Apa saya akan selamanya di sini?" Dari pertanyaan itu, ia menyadari bahwa untuk tumbuh, ia harus keluar dari zona aman.
Zona nyaman bisa menenangkan, tetapi juga membatasi
Banyak dari kita terjebak dalam kenyamanan yang sebenarnya membatasi ruang gerak. Kita merasa aman karena semuanya terasa familiar.Â
Tanggung jawab tidak berubah dan kita tahu cara menghadapi tantangan yang datang. Namun di saat bersamaan, kita tidak berkembang.Â
Keterampilan stagnan, peluang untuk naik level hampir tidak ada, dan mimpi yang dulu pernah dibawa perlahan disimpan kembali dalam kotak yang diberi label nanti saja.
Karyawan yang saya temui itu memilih untuk tidak menunggu. Ia tahu bahwa bertahan di zona nyaman hanya akan membawanya pada rutinitas yang sama.
Keinginannya untuk berbeda di level jabatan bukan hanya karena ambisi, tetapi juga karena kebutuhan untuk merasa bahwa dirinya sedang bertumbuh.