Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Memeluk Diri Sendiri di Tengah Dunia yang Menghakimi

18 April 2025   13:00 Diperbarui: 18 April 2025   12:00 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peluk Diri (Sumber: Unsplash)

Tidak semua orang akan tahu apa yang sedang kita perjuangkan. Tidak semua orang akan peduli bagaimana kita sampai di titik ini. 

Dunia kadang terlalu cepat memberi label, terlalu sering menyimpulkan dari luar, tanpa tahu apa yang terjadi di balik senyum yang dipaksakan. 

Di tengah arus penilaian yang datang dari mana-mana, salah satu bentuk keberanian terbesar hari ini adalah memilih untuk tetap memeluk diri sendiri.

Memeluk diri sendiri bukan tentang menyerah pada keadaan. Justru sebaliknya, itu adalah bentuk penerimaan tertinggi. 

Bahwa meski belum sempurna, kita sedang tumbuh. Bahwa meski tidak semua orang melihat usaha kita, bukan berarti usaha itu sia-sia. Dan bahwa meski kita masih jatuh bangun, kita tetap layak dihargai, terutama oleh diri sendiri.

Saat Dunia Terlalu Cepat Menilai

Media sosial kadang membuat hidup terasa seperti panggung yang terus diawasi. Satu kesalahan bisa jadi bahan pembicaraan. 

Satu keputusan yang berbeda dianggap aneh. Kita dituntut untuk selalu tampil kuat, bahagia, produktif, seolah-olah tidak ada ruang untuk salah atau lelah. Akhirnya, banyak orang yang mulai kehilangan diri sendiri karena terlalu sibuk menjadi versi yang disukai orang lain.

Ketika dunia di luar terlalu berisik, kita butuh tempat aman di dalam diri sendiri. Tempat di mana kita bisa jujur bahwa hari ini tidak baik-baik saja. Bahwa ada luka yang belum sembuh. Bahwa ada kecemasan yang belum terjawab. Tempat itu tidak akan pernah benar-benar ada kalau kita terus menjadi orang yang paling kejam kepada diri sendiri.

Berapa kali kita memarahi diri sendiri karena tidak cukup cepat? Berapa kali kita menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai ekspektasi? Padahal, diri kita tidak butuh dihukum terus menerus. Ia butuh dimengerti. Butuh didengarkan. Butuh dirangkul, bukan dihakimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun