Lelah bekerja adalah hal yang manusiawi. Bahkan orang yang mencintai pekerjaannya pun bisa merasa jenuh, kosong, atau kehabisan motivasi.Â
Di titik ini, sering muncul godaan untuk menyerah, mengirim surat resign, atau sekadar membayangkan hidup yang jauh dari tekanan dan deadline.Â
Tapi, benarkah setiap rasa lelah harus diakhiri dengan keluar dari pekerjaan?
Nyatanya, tidak semua rasa lelah berarti kita berada di tempat yang salah. Kadang, yang kita butuhkan bukan perubahan pekerjaan, melainkan perubahan cara pandang.
Lelah yang Perlu Dikenali, Bukan Diabaikan
Ada banyak jenis kelelahan dalam dunia kerja dan tidak semuanya harus diselesaikan dengan mundur dari tempat kita berada.Â
Ada lelah fisik karena jam kerja panjang. Ada lelah emosional karena lingkungan yang toksik atau ekspektasi yang tidak realistis. Ada juga lelah eksistensial, saat kita mulai bertanya, "Sebenarnya aku ngapain sih di sini?"
Mengetahui jenis lelah apa yang sedang kita alami adalah langkah awal yang penting. Karena beda lelah, beda solusinya.
Kalau Anda lelah karena tidak pernah punya waktu istirahat, mungkin kamu butuh jeda, cuti, atau menata ulang ritme kerja.Â
Kalau kamu merasa lingkungan kerja terlalu menguras emosimu, coba evaluasi: apakah masih ada ruang untuk memperbaiki komunikasi, atau justru kamu butuh batas yang lebih sehat?
Kadang kita terlalu cepat menyimpulkan bahwa satu-satunya jalan keluar dari rasa lelah adalah keluar dari pekerjaan. Padahal, bisa jadi kita hanya belum memberi diri sendiri ruang untuk pulih.