Menulis diary mungkin terdengar seperti kebiasaan lama yang hanya dilakukan oleh anak sekolah atau tokoh utama dalam film remaja.Â
Namun bagi sebagian orang, diary bukan sekadar buku berisi curhatan, melainkan tempat aman untuk merapikan pikiran.Â
Tidak ada aturan khusus dalam menulis diary, tidak perlu memikirkan tata bahasa atau khawatir dihakimi.Â
Semua perasaan yang sulit diungkapkan bisa tersimpan rapi di halaman-halamannya, menjadi saksi perjalanan hidup yang terus berjalan.
Diary sebagai Ruang Pribadi yang Menyembuhkan Batin
Dalam kehidupan yang serba cepat, sering kali seseorang merasa kesulitan untuk mengekspresikan diri.Â
Banyak hal yang dipendam karena takut dianggap berlebihan atau tidak ingin merepotkan orang lain.Â
Di sinilah diary hadir sebagai teman setia yang selalu siap mendengar tanpa menyela atau memberi nasihat yang tidak diminta.
Menulis diary bisa menjadi proses penyembuhan. Ketika emosi sedang memuncak, menuliskannya di atas kertas bisa membantu meredakan ketegangan.Â
Ada kepuasan tersendiri saat melihat isi hati dituangkan dalam kata-kata, seolah beban yang semula berat perlahan menjadi lebih ringan.
Tidak hanya itu, menulis diary juga bisa membantu seseorang memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.Â