Bulan Ramadan selalu membawa suasana khas yang sulit ditemukan di waktu lain. Salah satunya adalah momen ngabuburit yang diwarnai dengan berburu takjil.Â
Di antara aneka pilihan yang tersedia, gorengan seolah tidak pernah kehilangan pesonanya. Baik di sudut pasar tradisional, pinggir jalan, maupun di meja makan rumah, kehadiran gorengan selalu dinantikan. Entah itu tahu isi, bakwan, risoles, atau tempe mendoan, semuanya memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa gorengan begitu diminati, bahkan menjadi semacam "pahlawan" takjil yang sulit tergantikan?Â
Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan fenomena ini, meskipun kadang kita sendiri menikmatinya tanpa sempat bertanya kenapa.
Cita Rasa yang Membumi dan Menggugah Selera
Salah satu alasan mengapa gorengan selalu dicari adalah rasa dan teksturnya yang khas. Renyah di luar, lembut atau gurih di dalam, membuat siapa pun sulit berhenti setelah gigitan pertama.Â
Ketika perut sudah mulai keroncongan menjelang magrib, aroma gorengan yang baru diangkat dari penggorengan bisa terasa begitu menggoda. Tidak heran jika gerobak tukang gorengan seringkali dikerumuni orang, apalagi di jam-jam mendekati waktu berbuka.
Selain itu, gorengan adalah makanan yang akrab di lidah semua kalangan.Â
Rasanya tidak pernah terasa asing, bahkan bagi yang baru pertama kali mencicipinya. Ditambah lagi, variasinya banyak. Ada yang lebih suka rasa gurih, ada yang manis seperti pisang goreng, dan ada juga yang senang dengan isian sayur seperti bakwan.Â
Semuanya tersedia dengan harga yang sangat terjangkau. Tak perlu merogoh kocek dalam, cukup beberapa lembar uang seribuan, sepiring gorengan sudah bisa dinikmati bersama keluarga atau teman.