Banyak orang menganggap uang hanyalah benda mati, sekadar angka di rekening atau lembaran yang bisa dihitung. Padahal, bagi mereka yang memahami lebih dalam, uang adalah energi yang hidup. Ia merespons cara kita memperlakukannya.
Ada kalanya saat uang keluar dari genggaman, muncul rasa khawatir. Takut habis, takut tak kembali, seolah uang pergi tanpa kepastian untuk kembali.Â
Lama-lama, kecemasan itu membuat kita ragu. Bukan karena uangnya tak cukup, tapi karena cara pandang kita yang sempit.
Mungkin di situlah letak masalahnya. Uang, seperti air, butuh ruang untuk mengalir.Â
Jika terlalu erat digenggam, ia justru berhenti bergerak. Semakin takut melepaskan, semakin sempit alirannya. Dan pada akhirnya, yang terasa buntu bukan hanya soal keuangan, tetapi juga keyakinan kita menjalani hidup.
Uang Itu Energi, Bukan Musuh yang Perlu Ditahan-Tahan
Dalam filsafat Timur, ada konsep flow: kehidupan akan lancar jika kita selaras dengan aliran alam semesta. Uang, dalam konteks ini, adalah bagian dari aliran itu.Â
Ia datang ketika kita percaya, dan ia pergi saat memang seharusnya. Tetapi pergi bukan berarti hilang. Ia sedang melakukan perjalanan, lalu kembali, sering kali membawa 'teman baru' dalam bentuk rezeki tak terduga.
Namun, jika setiap kali kita mengeluarkan uang disertai rasa takut, panik, dan serba perhitungan (bukan perhitungan cermat ya, tapi perhitungan takut rugi), yang terjadi justru vibrasi energi kita menunjukkan ketidakpercayaan kepada kehidupan.Â
Ibaratnya, kalau hidup ini ibarat sungai, kita malah membendung alirannya pakai batu kekhawatiran kita sendiri.