Kita semua pasti pernah merasa bangga dengan pencapaian tertentu dalam hidup. Bisa jadi itu kelulusan dari kampus impian, promosi pertama di kantor, atau bahkan berhasil menabung hingga cukup buat liburan ke tempat yang selama ini cuma jadi wallpaper laptop.Â
Rasanya sah-sah saja untuk berbangga. Itu tanda kita sudah bekerja keras dan mendapatkan hasil yang pantas.Â
Namun, ada satu hal yang sering kali terlupa. Pencapaian itu bukan garis finish. Justru itu bisa jadi titik di mana kita mulai berhenti bertumbuh.
Tidak jarang, seseorang merasa sudah cukup setelah mencapai satu target besar. Lalu secara perlahan, ambisi yang dulu membara berubah menjadi sekadar api kecil yang hanya cukup buat menghangatkan tangan.Â
Kita lupa bahwa dunia terus berputar. Orang lain terus melangkah, belajar, bahkan berlari. Kalau kita berhenti di tempat, tanpa sadar kita sedang mundur, bukan diam.
Jangan Terlalu Nyaman di Puncak Pertama
Bayangkan kita mendaki gunung, dan setelah sampai di pos pertama, kita langsung gelar tenda, masak mie instan, lalu tidur pulas. Padahal puncaknya masih jauh. Sayangnya, banyak orang berhenti di situ.Â
Merasa sudah cukup karena berhasil lebih tinggi dari sebelumnya, padahal perjalanan masih panjang.
Pencapaian masa lalu sering kali jadi jebakan yang membuat seseorang terlalu nyaman. Kita merasa sudah berhasil, lalu mulai malas belajar hal baru.Â
"Dulu aku sudah berhasil. Sekarang mau kejar apa lagi?" Pikiran itulah bak menipu.Â