Baru-baru ini, perhatian masyarakat Indonesia tertuju pada peningkatan kasus konjungtivitis, atau yang akrab disebut mata merah.Â
Menurut data Google Trends, pencarian terkait konjungtivitis meningkat tajam, terutama di provinsi Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Banten. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah tersebut mungkin mengalami peningkatan kasus yang signifikan.Â
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran, terutama karena konjungtivitis bisa menular dan memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Apa Itu Konjungtivitis dan Penyebabnya?
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput tipis yang melapisi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja dan memiliki beberapa penyebab utama, yaitu virus, bakteri, serta reaksi alergi.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau batuk. Jenis ini sangat menular dan bisa menyebar melalui kontak langsung dengan cairan mata penderita.Â
Sementara itu, konjungtivitis bakteri cenderung menghasilkan cairan kental berwarna kuning atau hijau dan sering kali menyebabkan kelopak mata saling menempel saat bangun tidur. Di sisi lain, konjungtivitis alergi tidak menular dan biasanya dipicu oleh alergen seperti debu, serbuk sari, atau bulu hewan.
Selain tiga penyebab utama tersebut, iritasi akibat polusi udara, asap rokok, atau paparan bahan kimia juga dapat memicu konjungtivitis. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyebabnya agar dapat mengambil langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat.
Bagaimana Cara Mengatasi dan Mencegah Konjungtivitis?
Jika mengalami gejala konjungtivitis, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghindari menggosok mata karena dapat memperburuk iritasi atau bahkan mempercepat penyebaran infeksi.Â