Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hashtag Activism: Seruan Cancel Culture Ala Indonesia

10 Februari 2025   12:31 Diperbarui: 10 Februari 2025   14:31 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hashtag (Sumber: Unsplash)

Media sosial telah mengubah cara masyarakat bersuara. Cukup dengan satu tagar saja, suara individu bisa menggema ke seluruh penjuru negeri. 

Fenomena ini dikenal sebagai hashtag activism, yaitu gerakan sosial yang berkembang melalui tagar di platform seperti Twitter (X), Instagram, dan TikTok. Di Indonesia, gerakan ini semakin sering muncul, dari seruan boikot terhadap selebriti hingga gelombang protes terhadap kebijakan pemerintah.

Namun, seberapa besar pengaruh hashtag activism? Apakah hanya sekadar tren digital, atau benar-benar bisa mengubah keadaan?  

Dari Media Sosial ke Dunia Nyata  

Beberapa tagar di Indonesia telah mengguncang opini publik dan memengaruhi kebijakan. Berikut beberapa contoh paling berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir.  

1. #BoikotSaipulJamil: Ketika Publik Menolak Lupa

Saat Saipul Jamil bebas dari penjara usai menjalani hukuman kasus pelecehan seksual, banyak media menyambutnya seolah-olah ia seorang pahlawan yang kembali. Hal ini memicu gelombang kemarahan publik, yang menilai kehadirannya di dunia hiburan bisa melukai korban kekerasan seksual. 

Tagar #BoikotSaipulJamil pun viral, didukung petisi online yang mendesak stasiun TV dan brand untuk tidak memberinya panggung. Hasilnya? 

Beberapa acara televisi membatalkan undangan untuknya, dan sejumlah brand menjauh. Ini adalah bukti bahwa suara publik di media sosial bisa memberi tekanan besar pada industri hiburan.  

2. #UninstallGojek: Ketika Isu Sosial Dijadikan Alat Boikot

Pada 2018, CEO Gojek saat itu, Nadiem Makarim, diisukan menyatakan dukungannya terhadap komunitas LGBTQ+. Pernyataannya memicu protes dari kelompok konservatif yang menyerukan tagar #UninstallGojek sebagai bentuk boikot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun