Mohon tunggu...
Yugo Tara
Yugo Tara Mohon Tunggu... Pengacara - PW

Observer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Selalu Demokrat?

29 September 2018   17:49 Diperbarui: 29 September 2018   18:04 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menunjukkan kebesaran hati. Meski partai politik yang dibesutnya tengah 'diobok-obok', namun Presiden RI ke-6 ini tetap menjaga etika berpolitik. Ia dengan sukarela meminta maaf kepada para lawan politik, jika ada yang tersinggung oleh kadernya.

SBY meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Jaksa Agung HM Prasetyo, lantaran pernyataan yang dilontarkan Wasekjen Demokrat, Andi Arief. Andi sebelumnya menyebut Kejaksaan Agung sudah menjadi alat politik dari Partai Nasdem.

Komentar Andi itu menanggapi pindahnya Ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Utara Vicky Lumentut ke partai pimpinan Surya Paloh. Pihaknya menduga pindahnya Vicky ke Nasdem karena kasus hukum yang menjeratnya di Kejaksaan Agung, yang dipimpin HM Prasetyo, mantan anggota DPR dari Fraksi Nasdem.

Menurut SBY, statement Andi itu mewakili perasaan jutaan kader Demokrat yang tidak terima partai dan pemimpinnya dilecehkan oleh Nasdem. Sebab, penjaketan Vicky dengan jaket Nasdem, dirasa sangat melukai perasaan seluruh kader Demokrat.

Bagi Demokrat, ini bukan pertama kalinya Nasdem membajak kader mereka. Pertengahan tahun ini, tiga kader parpol ini 'lompar pagar' ke Nasdem. Mereka adalah Venna Melinda, Ida Riyanti dan Chris John.

Perpindahan mereka bersama sejumlah politisi parpol lain kala itu, dihiasi isu tak sedap. Para politisi 'kutu loncat' tersebut dituding menerima uang miliaran sebagai kompensasi pindah partai. Nasdem membantah, tapi PAN mengaku memiliki bukti. Entah mana yang benar.

Pengembosan

Sepanjang tahun ini, Demokrat memang banyak mendapat 'serangan' dari kiri dan kanan. Selain pembajakan kader ini, parpol yang pernah berkuasa selama 10 tahun ini, paling sering digembosi. Mungkin, ini salah satu upaya agar mereka tidak menjadi parpol besar lagi.

Beberapa polemik yang mendera Demokrat itu, di antaranya kasus 'jenderal kardus'. Dalam koalisi oposisi, parpol ini awalnya diminta bergabung. Salah satu kader mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga diajak untuk mendampingi Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden.

Sayang, kemudian rencana ini batal dengan masuknya Sandiaga Uno. Sejumlah kader berang karena ada dugaan permainan uang. Meski parpol ini akhirnya legowo, namun yang pasti tentu mereka merasa sedikit dirugikan.

Kemudian, fitnah dari media daring Asia Sentinel. Media yang tidak diketahui dimana keberadaan kantornya ini menuding SBY melakukan pencucian uang senilai Rp 177 triliun berkaitan dengan bailout Bank Century  pada 10 tahun yang lalu. Walau tak berselang lama mereka meminta maaf, tapi nama baik SBY dan Demokrat sudah terlanjur dicemarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun