Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jejak Malin Kundang Setelah Hutan Sitti Nurbaya

6 Mei 2017   17:32 Diperbarui: 6 Mei 2017   21:07 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak kenal Malin Kundang. Legenda rakyat yang menceritakan tentang seorang anak yang dikutuk menjadi batukarena telah durhaka pada ibunya. Siapa juga yang tak kenal Sitti Nurbaya. Roman legendaris era 1922 karya seorang dokter hewan, yang pantas disandingkan dengan kisah Romeo-Julia milik Shakespeare atau legenda Sampek Engtay dari dataran Cina.  Perjalanan saya kali ini di kota Padang, Sumatera Barat akan menyambangi jejak mereka.

jalan-di-pantai-purus-jpg-590da1067593739c477bb2a3.jpg
jalan-di-pantai-purus-jpg-590da1067593739c477bb2a3.jpg
Mendarat di Bandara InternasionalMinangkabau di sabtu pagi yang cerah, saya melanjutkan perjalanan menggunakanbus Damri menuju kota Padang. Berhubung waktu SMA dulu saya juga di kota Padangmaka saya putuskan untuk mampir ke rumah salah seorang teman di daerah Tabinguntuk meminjam motor roda dua. Selain lebih hemat, tentunya silaturrahmi adalahniat yang utama.

menuju-jembatan-siti-nurbaya-jpg-590da150947e61810d4d3f58.jpg
menuju-jembatan-siti-nurbaya-jpg-590da150947e61810d4d3f58.jpg
Dari daerah Tabing saya melanjutkanperjalanan melewati daerah Ulak Karang tempat kampus Universitas Bung Hattaberada, lanjut ke daerah Purus dan menyusuri jalan yang ada di pinggir pantaisebelah barat Kota Padang.  Tidak sampai 30 menit perjalanan saya sampaike daerah Pantai Padang. Cukup mudah untuk traveling seorang diri di KotaPadang. 

sudut-gunuang-padang-jpg-590da17ace9273bf2e829946.jpg
sudut-gunuang-padang-jpg-590da17ace9273bf2e829946.jpg
 Es kelapa muda tampak begitu menggoda di bawah payung tenda di tepi pantai Padang. Namun hasratitu saya tahan begitu melihat sebuah bukit berhutan di seberang muara  didepan sana. Namanya Gunuang Padang. Meskipun waktu SMA saya di Kota Padang,tapi saya belum pernah sekalipun menyambanginya. Konon disanalah tempat makamSitti Nurbaya. Sesaat imajinasi saya terbang ke satu abad yang lalu,membayangkan Datuk Meringgih dan Samsul Bahri bertarung disana. Lalu diantaramereka saya duduk menikmati es kelapa. Hehehe...

pelabuhan-muaro-padang-jpg-590da1a2ad7e61f01fed358a.jpg
pelabuhan-muaro-padang-jpg-590da1a2ad7e61f01fed358a.jpg
Antara Pantai Padang dan Gunuang Padang dipisahkan oleh muara sungai yang bernama Muaro Padang. Jadi untukmencapai gunung padang kita harus naik sampan. Tapi itu dulu. Sejak pertengantahun 2002 sudah ada jembatan yang menghubungkannya, namanya Jembatan Sitti Nurbaya.

jembatan-sitti-nurbaya-di-siang-hari-jpg-590da20e759373f0467bb2a3.jpg
jembatan-sitti-nurbaya-di-siang-hari-jpg-590da20e759373f0467bb2a3.jpg
Menyusuri jalan melihat  RumahGadang dan museum Adityawarman lalu melewati Pelabuhan Muaro Padang saya sampaidi Jembatan ini. di Satu sisi kota yang padat penduduknya disisi lain bagiankota yang tampaknya masih hijau tertutup hutan di perbukitan, di bagian selatanKota Padang. Disini saya menyaksikan aktivitas nelayan yang sedang memperbaikiikan dan sebagian menjemur ikan. 

jembatan-sitti-nurbaya-kala-siang-jpg-590da2a4ef9273e3470ddb9c.jpg
jembatan-sitti-nurbaya-kala-siang-jpg-590da2a4ef9273e3470ddb9c.jpg
Sampai juga di gerbang Gunuang Padang, tepatnya di kelurahan Batang Arau, Kecamatan padang Selatan. Cukupmembayar 5000 saya bisa memasukinya. Memang tampak kurang terawat. Apalagi masih terdapat rumah-rumah warga di pinggir jalan masuk  Bukit. Kalau bisasedikit ditata mungkin akan terlihat lebih indah kesan pertama di gerbang masuk.

nelayan-di-muaro-padang-jpg-590da2dab793738c443f7caf.jpg
nelayan-di-muaro-padang-jpg-590da2dab793738c443f7caf.jpg
Melewatinya saya dihadapkan dengannuansa hutan yang cukup membuat iklim mikro yang berbeda dengan Kota Padangpada umumnya. Gerombolan monyet bermunculan dan malu-malu menatap saya. Sempatsaling tatap terjadi diantara kami.

nelayan-di-muaro-gunuang-padang-jpg-590da2efef927378430ddb9e.jpg
nelayan-di-muaro-gunuang-padang-jpg-590da2efef927378430ddb9e.jpg
Melewati jalan yang sudah bagus untuk mendaki bukit Gunuang Padang sambil ditiup angin sepoi-sepoi dari SamudraHindia membuat nafas yang ngos-ngosan sedikit terlupakan. Apalagi sambilmelihat pemandangan laut kota Padang.

gerbang-gunuang-padang-2-jpg-590da30dad7e619928ed358a.jpg
gerbang-gunuang-padang-2-jpg-590da30dad7e619928ed358a.jpg
Super sekali.

jalan-sebelum-mendaki-gunung-padang-jpg-590da343ad7e617013ed358e.jpg
jalan-sebelum-mendaki-gunung-padang-jpg-590da343ad7e617013ed358e.jpg
Masih dapat dijumpai bangunan benteng kecil dan meriam peninggalan jaman penjajahan jepang. Sayang sekalii,semuanya tampak kurang terawat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun