Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Membingkai Indonesia Lewat Jendela Webinar

26 Juli 2020   12:15 Diperbarui: 26 Juli 2020   21:24 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari penelusuran yang saya lakukan di berbagai media sosial, saat ini kata "webinar" selalu muncul dengan berbagai poster dan tema bahasan yang berbeda. Istilah webinar sendiri merupakan gabungan dari kata web dan seminar, yang berarti seminar yang dilakukan secara daring melalui media web online. Beberapa platform web untuk menyelenggarakan diskusi online kini banyak tersedia dan ada yang gratis.

Tidak dipungkiri sejak wabah virus Corona dinyatakan sebagai pandemi global, ruang gerak manusia seakan menjadi terbatas. Imbas yang kuat dirasakan pada berbagai sektor ekonomi, khususnya transportasi, perdagangan, pariwisata dan pendidikan. Sebagai sektor penggerak tentu saja imbas ini berantai pada sektor ekonomi lainnya. Tepat jika stimulus ekonomi disiapkan pemerintah untuk tetap menjaga daya beli masyarakat.

Pada sektor Pendidikan, tampaknya media online menjadi solusi dan tumpuan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Berbagai inisiasi dilakukan untuk memastikan proses transfer knowledge tetap terus berjalan. Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi menyelenggarakan sistem Pendidikan jarak jauh yang sebelumnya mungkin tidak pernah dibayangkan atau bahkan dipandang sebelah mata. 

Bahkan untuk kelompok tani hutan sekalipun, proses penyuluhan dan pelatihan juga tetap dipastikan berjalan secara daring, seperti yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan & Pengembangan SDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap kelompok tani Perhutanan Sosial di seantero nusantara.

Tidak hanya oleh Lembaga Pemerintah dan Perguruan Tinggi, berbagai komunitas saat ini juga kerap menyelenggarakan acara webinar mupun diskusi online.  Sebagai contoh menginisiasi lebih awal, sejak bulan April 2020 saya dan komunitas tropis.info telah rutin menyelenggarakan webinar bincang milenial dengan tema-tema yang berbeda. Hal yang membuat kami bangga ialah, selain acara ini voluntary alias gratis, peserta webinar juga diikuti oleh berbagai orang dari Aceh sampai dengan Papua. Sebuah bingkai kebinekaan yang terbangun dari kekuatan positif internet.

Di negara sebaik Indonesia ini, selalu ada orang baik yang mau berbagi ilmu bagi orang yang ingin belajar.

Survey yang saya lakukan lewat facebook Indonesia Webinar menunjukkan bahwa sebanyak 82,1% responden yakin bahwa webinar (seminar online) akan tetap diminati meskipun nantinya pandemi Covid-19 akan mereda. Sebanyak 11,3% malah merasa akan makin banyak diselenggarakan, selanjutnya sebanyak 5,7% menilai akan berkurang dan hanya 0,9 % memberikan pandangan bahwa webinar akan dilupakan jika pandemi Covid-19 usai.

Adapun pertimbangan sebagian besar responden (sebanyak 48,7%) mendaftar dan mengikuti webinar ialah karena  berkaitan dengan ilmu dan pekerjaan yang sedang ditekuni. Sebanyak 25,1% karena ingin mendapatkan sertifikat, sebanyak 6,7% karena melihat siapa pembicaranya dan sisanya 4,4% karena melihat siapa penyelenggaranya.

Sebanyak 77,9 % responden rela membayar senilai Rp 50.000 untuk bisa mengikuti webinar yang benar-benar mereka minati. Sebuah nilai willingness to pay yang cukup tinggi menurut saya,di saat masa pandemi dan di tengah banyaknya webinar yang bersifat gratis. Sebanyak 13,8 % rela membayar senilai Rp 100.000 dan sisanya 8,3 % dengan nilai diatas Rp 100.000.

Untuk urutan waktu yang paling diminati dalam mengikuti webinar atau diskusi online ialah pada hari kerja pagi (di bawah jam 12 siang); kemudian sabtu pagi; hari kerja malam; hari kerja siang; hari sabtu siang; dan paling sedikit pada hari minggu dan sabtu malam.

Adanya pandemi Covid-19 tampaknya telah membuka mata kita semua. Indonesia dengan populasi penduduk yang diprediksi sekitar 270 juta jiwa pada tahun 2020, merupakan pasar yang menjanjikan bagi perkembangan industri internet. Dilihat dari kelompok umur, penduduk paling banyak ada di rentang usia 0-34 tahun. Adanya bonus demografi yang diprediksi hingga 15 tahun ke depan menunjukkan bahwa internet tampaknya akan menjadi kebutuhan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, khususnya generasi Y (milenial), generasi Z dan after Z (generasi Alfa) sekalipun.

Namun sudahkah kita siap untuk itu ?

Sebuah ajakan singkat dari bang Chalid Muhammad - Institut Hijau Indonesia melalui whatsapp membuat saya tergerak untuk menulis semua ini. Tulisan Dia yang berjudul Berbagi untuk Calon Pemimpin Indonesia didalamnya menyebutkan bahwa "Masih ada calon-calon pemimpin Indonesia yang tak punya perangkat untuk belajar online. Ada yang pinjam pada orang tua untuk sekadar isi daftar hadir sekolah kemudian tak bisa lanjut belajar karena HP dipakai orang tua untuk cari nafkah. Belum lagi mereka kesulitan membayar paket internet yang tak gratis dimasa sulit ini. Awalnya saya menduga  dimasa sulit ini akan banyak Pemda, Pelaku Usaha dan para dermawan yang berlomba  bikin pusat-pusat  WiFi gratis serta membagikan perangkat pada pelajar dari keluarga kurang mampu. Tenyata belum banyak yang bergerak untuk hal ini."

Di tengah pesatnya kebutuhan akan belajar online baik formal maupun informal, tampaknya ketersediaan jaringan internet masih menjadi kendala. Jangankan yang gratis, bahkan yang berbayarpun tidak selamanya lancar dan bebas gangguan. Mungkin kedepan ini bisa menjadi perhatian kita bersama. Jika dulu ada program Internet masuk Desa, mungkin kedepan akan ada program Wifi masuk Desa.

Salam care & respect.

dokpri
dokpri
Khulfi M. Khalwani, S.Hut. M.Si

Perencana Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun