Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Potensi Obat Corona Ada di Hutan?

21 Maret 2020   15:03 Diperbarui: 22 Maret 2020   22:24 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendadak film Contagion menjadi viral. Padahal dulu tahun 2011 pas pertama kali saya menonton film tentang wabah penyakit akibat virus ini agak ngeri-ngeri sedap juga. Pada akhir cerita ditayangkan bagaimana asal mula virus ini. Yaitu dari Kelelawar yang tergusur akibat hutan sebagai habitatnya terdegradasi. 

Lalu kelelawar keluar memakan pisang di ladang. Pas pisang ini dikunyah sebagian jatuh ke kandang Babi. Nah Babi lucu yang makan pisang bekas kelelawar ini lalu sampai ke meja restoran di China sana. Kebetulan turis cewek yang sedang menikmati hidangan minta foto dengan Cheff yang mengolah si Babi lucu tadi. Tanpa cuci tangan mereka berjabat erat.Cheerss.. senyum dan selfy bareng.

Sewaktu turis mahmud (Mamah Muda) ini balik ke negaranya Amerika, satu persatu orang yang pernah kontak dengan doi mendapat gejala yang sama. Termasuk selingkuhannya dan keluarganya. Batuk, panas, demam tinggi, pusing dan berakhir dengan kematian. Kalau dalam film, virusnya dikasih nama MEV-1. Karena mirip-mirip corona sekarang film ini rame lagi.

Tapi fokus tulisan ini bukan ke film itu. Melainkan ke ekosistem hutan yang menjadi habitat kelelawar yang terganggu keseimbangannya, lalu wabah penyakit bergeser ke masyarakat.

Ibarat Hutan, tubuh kita juga adalah ekosistem. Masing-masing mempunyai peran yang saling pengaruh mempengaruhi. Yaitu  suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup (biotik) termasuk mikroorganisme dengan lingkungannya (abiotik).

Ditengah perjuangan bersama melawan virus Corona, tiba-tiba saya ingat pada salah satu penyakit tropis terabaikan yang endemik di Lore Lindu - Sulawesi Tengah. Penyakit ini disebut Schistosomiasis alias demam siput/ demam keong. Ternyata cacing pipih dari spesies _Schistosoma japonicum_ adalah parasit yang menyebabkan infeksi penyakit ini pada manusia melalui perantara keong di air dari genus Oncomelania.

Pertanyaannya, mengapa keong ini bisa menjadi ancaman ? Karena ekosistem hutan sebagai habitat Keong juga diganggu. Saat sistem keseimbangan ini goyah maka semua makhluk tentu mencari jalan keluarnya sendiri.

Maka tepat sekali Dataran Lore Lindu ditetapkan sebagai kawasan hutan konservasi Taman Nasional oleh Pemerintah. Yang artinya keseimbangan ekosistemnya harus kita jaga.

Itulah kenapa kita jangan hanya memandang hutan sebagai tempat hidup monyet saja. Tetapi sebagai sistem yang menjadi bagian sistem dari hidup kita (manusia).

Jika ada yang bisa menjadi racun maka tentu ada yang bisa menjadi penawarnya.

Ibarat minuman kopi kejatuhan lalat. Saya selalu tenggelamkan lalat ini baru membuangnya, dan kemudian lanjut menikmati kopinya. Karena konon sayap yang kiri adalah racun dan sayap yang kanan adalah penawarnya. Ini riwayat dalam kitab Bulughul Marom yang pernah saya baca dan sampai saat ini masih saya percaya. ☕

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun