Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Empat Pelajaran dari Kisah Penebang Pohon Cemara Angin

18 November 2021   12:01 Diperbarui: 18 November 2021   13:33 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas penebang pohon (Dok. Pribadi)

Hanya dalam hitungan beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Desember. Bulan di penghujung tahun ini adalah bulan yang akan dipenuhi dengan perayaan natal bagi umat Kristen di seluruh dunia.

Bulan natal identik dengan berbagai dekorasi untuk memeriahkan suasana. Salah satu yang umum dikenal adalah pohon cemara yang dihias menjadi pohon natal.

Beberapa hari yang lalu, satu pohon di antara jejeran pohon cemara angin yang ditanam di belakang kantor kami ditebang karena sudah lapuk. Tingginya yang mencapai kira-kira 25 meter dan kondisinya yang lapuk berpotensi membahayakan pejalan kaki dan kendaraan yang diparkir di bawahnya.

Pohon-pohon cemara angin yang tumbuh tinggi menjulang itu ditanam pada tahun 1995, jadi umurnya sudah 26 tahun. Pohon cemara merupakan jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi di segala iklim dan medan, dari dataran tinggi hingga pesisir pantai. Usianya juga bisa mencapai ratusan tahun.

Pada hari itu, empat orang penebang kayu ditugaskan menebang pohon cemara angin yang sudah lapuk itu. Mereka sudah mengerti porsi tugas masing-masing.

Ada yang bertugas sebagai mandor, ada yang memotong dahan dan ranting, serta mengangkat potongan dahan dan ranting ke truk. Namun, ada satu yang paling menyita perhatian saya, petugas pemanjat dan penebang.

Petugas penebang pohon (Dok. Pribadi)
Petugas penebang pohon (Dok. Pribadi)

Ada risiko dan kesulitan tersendiri saat memanjat dahan-dahan kayu yang sudah lapuk lalu menebangnya tanpa menciderai siapapun atau merusak benda-benda lain di bawahnya. Dari kisah penebang pohon cemara angin yang lapuk itu kita bisa menarik beberapa pelajaran.

1. Semua pekerjaan bernilai dan patut disyukuri

Banyak dari kita yang mungkin pernah mengeluhkan pekerjaan kita. Sebagian dari kita mungkin juga pernah memilih-milih soal pekerjaan, dan barang kali hanya sedikit dari kita yang sangat mampu menikmati apa yang sedang dikerjakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun