Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Selalu Ada Harapan dalam Hidup

23 Juli 2021   01:33 Diperbarui: 23 Juli 2021   01:42 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bunga plum sedang mekar, foto oleh Irina Iriser dari Pexels

Meskipun rapuh dalam kesementaraan, siklus hidup bunga plum yang singkat itu akan terus berulang di suatu tempat. Dengan begitu manfaatnya tetap dapat dirasakan.

Manusia dan Bumi yang Merana

Sebuah gambaran kesuraman dapat dirasakan dalam diri Franz Kafka pada novel "Surat untuk Ayah" yang ditulisnya saat ia berusia 36 tahun.

"Surat untuk Ayah", sumber: www.goodreads.com

Sebagai seorang anak yang suka membangkang kepada ayahnya yang ortodoks, Kafka juga melampiaskan rasa frustasinya kepada ibunya yang sesungguhnya menanggung derita dua kali lipat dari ayahnya.

Ia merasa sebagai seorang yang rapuh dan kerdil di hadapan ayahnya yang perkasa tapi sekaligus diktator. Ia menggambarkan diri sebagai seorang perusak bumi. 

Barangkali manusia tanpa sadar sebenarnya telah sangat menyakiti bumi. Namun, kenyataannya bumi masih saja bertahan, sedangkan manusia datang dan pergi silih berganti.

Bumi mungkin akan bertahan, tapi tanpa kita ikut di dalamnya. Gambaran itu kurang lebih melukiskan perasaan dalam isi surat yang dituliskan oleh Kafka kepada ayahnya.

Ia yang menggambarkan dirinya sedang menuliskan perasaannya melalui sebuah surat kepada matahari. Katanya, "Kali terakhir ketika aku sakit dan kau terbit diam-diam mendatangiku dari ufuk timur, berdiri di ambang pintu, hanya melongok untuk melihatku yang terbaring di ranjang. Dengan gerakan sambil lalu, engkau melambai kepadaku. Pada waktu-waktu seperti itu aku berbaring dan menangis bahagia, dan sekarang pun aku menangis lagi saat menuliskannya."

Banyak hal yang bisa terasa mengancam dan membahayakan dalam hidup yang sementara ini. Namun, menjadi takut bagaimana pun adalah sebuah pilihan.

Bukan tanpa alasan mengapa iman mengajarkan kita bahwa lawan dari takut bukanlah berani, melainkan percaya. Sebab iman dan percaya adalah modal bagi kita untuk tetap mampu menjaga harapan selalu ada dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun