Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Beras Piher", Keteguhan Jiwa Memanen Rasa Ketika Pandemi Masih Ada

9 Juli 2021   00:22 Diperbarui: 10 Juli 2021   03:24 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan hasil panen padi di lahan sawah, desa Serdang, Kec. Barusjahe, Kab. Karo (Dokumentasi Pribadi)

"Enda prosesna... Sabah Tapin Julun." Begitulah bunyi sebuah pesan yang saya terima kemarin dari adik sepupu melalui Whatsapp.

Pesan itu disertai kiriman foto-foto dan video saat panen padi di sawah yang diolah oleh bapak tengah dan bibik tengah. Sebutan bapak tengah dan bibik tengah ini adalah padanan kata sebutan untuk paman dan bibi, adiknya ibu saya, dalam bahasa Karo.

"Ini sedang dalam proses, panen padi di sawah Tapin Julun." Begitulah maksud pesan dari adik sepupu saya itu. Kawasan hamparan sawah pada foto dan video panen padi itu bernama Tapin Julun, yang berarti pemandian (tapin, bahasa Karo) yang berada di hulu (julu, bahasa Karo).

Ada rasa haru terbersit di hati ketika menerima pesan itu. Ini kali kedua saya menerima foto panen padi, yang merupakan pertanda bahwa seharusnya tidak lama lagi kami akan merayakan pesta panen atau pesta tahunan yang disebut "kerja tahun" dalam bahasa Karo.

Kali pertama adalah pada bulan Juli tahun 2020 yang lalu. Itu berarti sekitar 4 bulan setelah pengumuman resmi bahwa pandemi Covid-19 turut melanda Indonesia. Sejak itu hingga hari ini, pesta kerja tahun tidak pernah lagi sama di kampung halaman kami, di Tanah Karo.

Saya tidak lupa menuliskan kesan pribadi atas pelaksanaan pesta "kerja tahun" yang sepi itu melalui sebuah artikel yang juga terasa sangat sepi di Kompasiana. Artikel itu dipublikasikan pada tanggal 25 Juli 2020 dengan judul "Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Kerja Tahun, Merayakan Pesta Panen dalam Doa dan Kesenyapan."

Kerja tahun sebagai sebuah tradisi untuk mensyukuri hasil panen tetap dilaksanakan pada tahun lalu. Namun, tidak mengundang sanak saudara yang tinggal di luar desa atau yang berada di perantauan.

Bisa dibilang, kerja tahun adalah momen mudik bagi warga Tanah Karo perantauan ke kampung halamannya untuk berkumpul merayakan hasil panen padi bersama keluarga.

Tampaknya tidak akan ada pesta kerja tahun kali ini juga. Absennya kerja tahun pada masa panen padi tahun ini, sekaligus juga merupakan pengingat bahwa pandemi ternyata telah menginjak usia 1 tahun 3 bulan lebih sedikit. Semoga ia tidak berumur panjang.

Adik sepupu saya mengabarkan bahwa kerja tahun memang akan tetap dilaksanakan tahun ini. Namun, tetap secara terbatas di rumah masing-masing warga desa saja, yakni pada tanggal 17 dan 18 Juli nanti. Hal itu dilakukan demi "merayakan hidup" dan melestarikan tradisi warisan dari nenek moyang agar tidak hilang, tapi tanpa perayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun