Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Bersedih, Damai Sejahtera Tetap Hadir Kala Natal di Masa Pandemi

12 Desember 2020   16:10 Diperbarui: 18 Desember 2020   05:57 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

You better watch out 
You better not cry
Better not pout
I'm telling you why
Santa Claus is coming to town

Penggalan lirik lagu di atas adalah bait pertama dari sebuah lagu natal yang berjudul "Santa Claus Is Comin' to Town". Tak terasa, meskipun pandemi masih melanda, Desember terus berjalan, hari Natal kian menjelang, meskipun nuansanya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Dilansir dari wartakota.tribunnews.com, tentang "Sejarah dan Asal Usul Santa Claus", dijelaskan bahwa Santa Claus sebenarnya adalah nama yang diberikan kepada Santo Nicholas, yang merupakan uskup dari Myra pada abad ke-4 Masehi. Ia dikenal sebagai orang yang murah hati dan mau membantu siapa saja.

Setelah ia meninggal, kisah tentang kemurahan hatinya tersebar di seluruh dunia, dan ia mulai disebut sebagai "Sinter Klass" di Belanda. Selanjutnya, istilah tersebut berubah menjadi "Santa Claus" di Amerika Serikat, yang hingga saat ini dikenal di seluruh dunia.

Namun, kisah pada tulisan kali ini bukan soal sejarah Santa Claus itu. Ini adalah sekilas kisah menjelang hari Natal di antara persekutuan keluarga-keluarga (Perpulungen Jabu-jabu/ PJJ, bahasa Karo), yang tak lagi bisa bersekutu dalam tatap muka akibat pandemi covid-19, lebih kurang telah 9 bulan lamanya.

Malam itu, Jumat, 11/12/2020, beberapa kaum ibu sibuk membungkusi berbagai pernak-pernik ditengahi derai tawa. Aku, bersama beberapa kaum bapak menanti di sebuah warung kopi di seberang rumah tempat mereka berkumpul.

Mereka, beberapa kaum ibu itu, bukan sedang membungkusi barang-barang jualan, sama sekali bukan. Mereka, membungkusi bingkisan Natal yang akan dibagikan kepada keluarga-keluarga yang menjadi anggota persekutuan, PJJ Sektor 11 namanya. Anggotanya ada 36 rumah tangga.

Malam semakin larut, tapi derai tawa di antara ibu-ibu itu seperti tak kunjung berhenti. Kami, para bapak, menunggu sambil berdiang di kedai kopi, larut dalam lamunan masing-masing. Sesekali saling bertukar kata, selebihnya membaca koran, menonton televisi, sementara itu sebagian lagi tersenyum entah karena apa.

Oh, aku terkenang Desember tahun yang silam. Bila pada hari-hari itu, biasanya sudah terdengar suara lonceng natal di sana-sini, hampir di setiap sudut kota, meskipun sebenarnya belum tanggal 25 Desember. Begitulah orang-orang, sebagian besar jemaat gereja di sini menyambut natal dengan penuh sukacita.

Terutama yang paling berbahagia adalah anak-anak sekolah Minggu, yang tak sabar mempertontonkan tari-tarian yang sudah mereka pelajari sejak sebulan yang lalu. Atau membaca puisi singkat di hadapan ayah ibunya, yang tak jarang menahan haru melihat buah hatinya yang bertumbuh dalam iman di antara kerja keras mereka mencari nafkah untuk memupuk impian buah hatinya.

Namun, kini, akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda, panitia memutuskan tidak merayakannya dengan berkumpul dalam ibadah dan perayaan secara tatap muka. Pada dasarnya, dalam setiap keluarga pun, di mana ada dua tiga orang berkumpul memuji dan menyembah-Nya, maka Ia akan hadir di sana. Menunda pertemuan jemaat kami akibat pandemi tidak akan mengurangi syahdunya natal tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun