Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersama Tidak Harus Sama, Kita Sama-sama Punya Rasa

17 November 2020   00:04 Diperbarui: 17 November 2020   08:44 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Induk Semang PPL, Desa Karang Jati, Cilacap, 2002 (Dokpri)

"Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini, ingin itu, banyak sekali..."

Begitulah sepenggal lirik lagu pembuka serial kartun anak-anak Doraeman di televisi. Dalam kenyataan, keinginan yang banyak dari sekian banyak orang dalam berbagai perbedaannya ternyata menjadi salah satu ujian besar bagi terwujudnya sikap toleransi.

Toleransi dalam sudut pandang Ben Dupre sebagaimana diulas dalam buku "50 Gagasan Besar yang Perlu Anda Ketahui", adalah sebuah pokok persoalan dengan gagasan inti tentang kebijakan yang bermasalah dan paradoksal.

Kita harus toleran satu sama lain karena kita semua lemah, inkonsisten, besar kemungkinan bersikap plintat-plintut, dan melakukan kesalahan. Katanya, "Haruskah ilalang yang terbaring rendah di dalam lumpur terkena tiupan angin berkata kepada sesama ilalang yang jatuh ke arah yang berlawanan, 'Merangkaklah seperti aku, hai si malang, atau aku akan meminta agar engkau dicabik akar-akar itu dan dibakar?'"

Tentu saja ada batas-batas untuk toleransi, tetapi umumnya masyarakat diperbolehkan untuk melakukan dan memikirkan apa yang mereka suka, asalkan tindakan-tindakan dan keyakinan-keyakinan mereka tidak merugikan orang lain.

Oleh sebab itu, tidak boleh mencakup kejahatan dan perbuatan-perbuatan yang melukai dan melanggar hak-hak orang lain, yang mana manusia sering kali secara sadar atau tidak sering melakukannya.

Kita bersama-sama perlu memahami bahwa kita hidup di antara manusia dengan nilai-nilai yang tidak sama. Untuk itu dibutuhkan kesabaran, sikap fleksibel, toleransi dan memahami suasana kearifan setempat di lingkungan dimana kita disatukan saat ini. Dengan sikap seperti itu setiap orang akan merasa bahwa keberadaan mereka penting.

Mudah mengucapkannya (termasuk menuliskannya), kenyataannya sikap seperti itu tidak mudah dilakukan dan selalu saja menemui ujiannya. Dengan kata lain, kita mungkin tidak akan pernah tamat mempelajari toleransi.

Tidak mudah untuk bisa saling memahami. Padahal masing-masing kita pasti punya pengalaman, kalau saling memahami pasti akan membuat hidup kita terasa lebih damai.

Barangkali itu pulalah sebabnya, mereka yang sanggup memahami orang lain takjarang akan menjadi orang yang paling penting di lingkungannya. Mau atau tidak mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun