Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Memahami Realitas di Antara Orang-orang dalam Pusaran Sayuran

26 April 2020   23:15 Diperbarui: 27 April 2020   13:05 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Pusat Pasar Kabanjahe yang menjual aneka sayuran (Dokpri)

Memang dalam perdagangan apa pun, biasanya langganan diperlakukan lebih dari pembeli biasa. Tapi seseorang tidak mungkin mampu memperlakukan siapapun istimewa bila bukan karena ada sebuah nilai yang sudah mengakar dalam dirinya. 

Bisa saja kesadaran filosofis sudah menjadi nilai kesehariannya sekalipun tanpa di sadarinya. Paling tidak pedagang yang baik, sangat mengenal pepatah lama yang mengatakan bahwa pembeli adalah raja.

Memahami kesadaran pedagang sayuran dari sudut pandang konsumen, dengan memakai analogi yang dipakai oleh Bob Fisher dalam memahami perbandingan antar agama, maka penting bagi kita untuk menyadari perlunya berada di zona ambang. 

Itu adalah sebuah ruang berpikir, dimana setiap pemikiran bisa saling bertemu karena masing-masing epistem mengekang kebenarannya sendiri untuk dapat menerima kebenaran epistem yang lain. Hal ini penting, karena menurut Fisher di situlah pertanyaan-pertanyaan, ide dan gagasan paling menarik bisa tercetus.

Bob Fisher memberikan sebuah analogi sederhana untuk menjelaskan bahwa sadar atau tidak, semua orang pada dasarnya berfilsafat. Oleh sebab itu, menurut Fisher secara alamiah semua orang adalah filsuf.

Filsafat pertandingan dalam American Football misalnya, filsafatnya adalah untuk mengantongi sang quarterback dan melakukan blitz kepada para cornerback. 

Sementara itu, dalam sepakbola Inggris filsafatnya adalah untuk mengoper bola di antara ketiga pemain belakang lawan lalu mencoba mengejutkan lawan dengan melakukan operan bola panjang ke depan ke arah striker untuk mencetak gol.

Maka, bukan tidak mungkin bagi mamak Frenky filsafatnya adalah untuk memberikan keramahtamahan dan porsi sayuran lebih dari pedagang kebanyakan dan sayuran dengan kualitas sebaik mungkin agar dagangannya terjual cepat dan roda ekonomi tetap berputar pada orbit yang tepat. 

Sedangkan, bagi saya sebagai pembeli filsafatnya adalah mendapatkan sayuran dengan kualitas terbaik dan dengan harga paling kompetitif.

Salah satu sudut Pusat Pasar Kabanjahe yang menjual aneka sayuran (Dokpri)
Salah satu sudut Pusat Pasar Kabanjahe yang menjual aneka sayuran (Dokpri)
Salah satu sudut Pusat Pasar Kabanjahe yang menjual aneka sayuran (Dokpri)
Salah satu sudut Pusat Pasar Kabanjahe yang menjual aneka sayuran (Dokpri)
Dalam ekonomi itu adalah hal yang lumrah, karena harga termurah untuk hasil terbaik adalah prinsip ekonomi yang umurnya sudah sangat tua, sama tuanya dengan peradaban manusia. 

Salah satu hal yang mungkin menjadi kelemahan dalam pandangan ini adalah soal isu kemanusiaan, dimana ada juga nenek-nenek tua yang badannya bahkan sudah membungkuk, juga menjual sayuran di pasar ini, tapi menjadi sedikit kalah bersaing karena pasar adalah ruang bagi komodifikasi di mana isu kemanusiaan sering kalah dalam nilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun